Cerpen : Dari Kecil Menjadi Besar



Dadan, seorang pria muda 20an yang belum memiliki pekerjaan. Ia memilih untuk berjualan es potong buatan ibunya yang sudah lanjut usia. Setiap hari ia berkeliling, dari komplek-komplek elit sampai ke kampung-kampung kecil. Dari dulu ia sangat ingin memiliki sebuah kedai es yang besar dan terkenal, agar semua orang dapat meraskan nikmatnya es potong buatan ibunya.


Namun apa daya Dadan hanya seorang pria lulusan sma yang mana di jaman sekarang sangat sulit mendapatkan pekerjaan kalau tidak melanjutkan ke perguruan tinggi. Dadan jadi makin sulit mengumpulkan uang untuk membuka sebuah usaha kedai es potong impiannya. Bahkan, semenjak ayahnya meninggal, ia harus menjadi tulang punggung keluarga, menghidupi ibunya dan kedua adik perempuannya yang masih sekolah.

Di siang hari yang terik, Dadan menyusuri komplek perumahan elit. Bajunya yang lusuh sudah basah karena keringat. Dari pagi Dadan berjualan, baru sedikit es potong yang terjual, apalagi di komplek elit seperti ini. Jarang ada yang mau membeli es potong. Maklum, di luar sana sangat banyak dijual es krim – es krim berbagai rasa yang lebih menarik untuk dibeli.

Dadan duduk dibawah sebuah pohon untuk beristirahat sejenak, melepas lelah berkeliling dari pagi. Sesekali ia mengelap keringat yang mengucur di dahinya. Sembari istirahat, ia melamun bagaimana nasibnya nanti, apakah akan terus begini? Berjualan es potong keliling sampai tua nanti?. Bagaimana nasib adik-adiknya nanti? Ia tidak mau kedua adiknya bernasib sama sepertinya.

“bang, es potong nya dua ya?” sebuah suara menghancurkan lamunanya. “oh iya, pak”. Dadan memberi dua potong es kepada seorang bapak tua yang sudah sedikit beruban. Bapak itu memberi satu lembar uang dan langsung memakan es potongnya. “hmm... enak bang. Sudah lama jualan es potong?” tanya bapak itu. “lumayan lama pak” jawab Dadan. “abang menerima pesanan seperti untuk acara hajatan?”. Dadan kaget mendengarnya, dipikirnya langsung bapak ini akan menawarkan sebuah pekerjaan untuk mengisi makanan di hajatannya. Benar dugaannya, bapak ini menawarkan pekerjaan untuk mengisi makanan di hajatannya. “lusa, saya akan mengadakan acara, didaerah dekat sini. Saya mau abang mengisi makanan untuk menjadi hidangan pencuci mulut. Itupun kalo abang mau” kata bapak itu. Senang bukan kepayang, Dadan langsung mengangguk setuju.

***
Hari-hari berlalu, acara hajatannya pun sudah diadakan. Banyak orang yang suka dengan es potong milik Dadan. Bahkan, sekarang Dadan sudah tidak berjualan keliling lagi. Ia sudah memiliki sebuah toko kecil didekat rumahnya. Banyak yang datang untuk memesan es potong dalam jumlah besar. Ini adalah berita bagus untuknya. Kalau begini terus, Dadan bisa mewujudkan imipiannya memiliki kedai es potong yang terkenal. 

Tapi tetap yang namanya usaha tidak akan selalu berada diatas. Dua bulan sudah Dadan berjualan laris manis. Es potongnya sangat laku keras. Banyak orang di luar sana yang mengikuti berjualan es potong. Pesanan es potong milik Dadan jadi sedikit menurun. Ini membuat Dadan menjadi takut usahanya ini akan bangkrut.

Usaha Dadan semakin lama semakin menurun. Toko kecil miliknya sudah sepi didatangi pelanggan. Sudah tidak ada lagi pesanan dalam jumlah besar. Dadan benar-benar stes, ia sering terlihat melamun sendirian dikamar. Mukanya selalu terlihat pusing karena terlalu banyak pikiran.

Ibunya sedih melihat anaknya seperti ini. Ibunya selalu mengingatkan Dadan untuk selalu bertawakal kepada Allah swt. Menyerahkan semuanya kepada Allah swt dan terus berusaha untuk menyelamatkan usahanya ini sebisa kita. Dadan sadar bahwa ini merupakan cobaan untuk usahanya. Ia akhirnya mulai memikirkan bagaimana caranya membuat toko es potongnya ini bangkit kembali. Dadan ingat, jaman sekarang sedang terkenal berbagai macam makanan yang memiliki rasa greentea, oreo, nutella, dll. Ia langsung berpikir untuk membuat es potong dengan rasa yang sama. 

Akhirnya toko kecil milik Dadan bangkit kembali. Bahkan, sekarang sudah bukan toko kecil lagi, melainkan kedai es potong yang sudah lumayan besar. Kali ini, tokonya lebih ramai dari yang dulu. Mungkin karena sekarang es potong milik Dadan sudah memiliki 10 macam rasa yang menarik untuk dicicipi, yaitu es potong original, coklat, stoberi, jeruk, mangga, greentea, nutella, oreo, taro, red velvet. Kedai milik Dadan yang sudah di beri nama ‘Es Potong Modern’ ini juga sudah memiliki website sendiri, dan sudah banyak yang memesan dari luar daerah. 

Dadan berdiri melihat dari ruangannya, pelanggan-pelanggan yang sedang asik menikmati es potong di kedainya. Ia sangat bersyukur atas semuanya yang sudah diberikan oleh Allah swt. Dadan sadar bahwa jatuhnya toko kecil miliknya dulu itu merupakan sebuah pembelajaran agar ia tidak boleh cepat berpuas diri dan tidak boleh cepat berputus asa. Dukungan dan doa orang tua pun sangat pentng dalam usaha anaknya. 

Karya : Rizka Hanifa

Related Posts: