Organisasi Bentukan Jepang Di Indonesia Pada Masa Penjajahan Tahun 1942


Kedatangan Jepang ke Indonesia disambut dengan senang hati oleh rakyat indonesia dan jepang di elu-elukan oleh masyarakat sebagai soudara tua karena telah membebaskan indonesia dari belenggu kolonialis belanda selama berabad-abad lamanya. Bukan hanya itu setelah meduduki Indonesia Jepang membentuk beberapa organisasi untuk memperkuat pertahanannya dan melindungi wilayah jajahannnya dari bangsa eropa atau sekutu diantaranya :

Bidang Politik

1. MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia)

Jepang tetap mengijinkan berdirinya organisasi MIAI (Majelis Islam A’la Indonesia) yang didirikan oleh K.H. Mas Mansur dan kawan- kawan di Surabaya pada tahun 1937 pada jaman pemerintahan Hindia Belanda. Organisasi ini diijinkan tetap berdiri dengan permintaan agar umat Islam tidak melakukan kegiatan-kegiatan yang bersifat politik.

Gerakan Tiga A

Nama gerakan ini dijabarkan dari semboyan Jepang pada waktu itu :

”Nippon cahaya Asia, Nipponpelindung Asia, Nippon pemimpin Asia”.

Gerakan Tiga A ini dipimpin oleh Mr. Samsuddin, seorang tokoh ParindraJawa Barat.

Gerakan Tiga A tidak efektif sehingga pada bulan Desember 1942 dibubarkan.


2. PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat)

Untuk mempropagandakan politik Hakko Ichiu, Jepang membentuk Gerakan 3A (GerakanTiga A) yang dipimpin Mr. Syamsudin. Organisasi ini dibubarkan karena tidak mendapat simpati rakyat dan kemudian dibentuklah PUTERA (Pusat Tenaga Rakyat) pada tanggal 1 Maret 1943. Pemimpin PUTERA yang dikenal dengan Empat Serangkai adalah Ir. Soekarno, Moh. Hatta, Ki Hajar Dewantoro, dan K.H. Mas Mansyur.

Tujuan Jepang membentuk PUTERA adalah agar kaum nasionalis dan intelektual menyumbangkan tenaga dan pikirannya untuk kepentingan Jepang. Namun oleh para pemimpin Indonesia, PUTERA justru dimanfaatkan untuk membela rakyat dari kekejaman Jepang serta untuk menggembleng mental dan semangat nasionalisme, cinta tanah air , anti kolonialisme dan imperialisme. Dengan demikian PUTERA ini ibarat tombak bermata dua.

Organisasi PUTERA mendapat sambutan di kalangan rakyat dan melalui organisasi ini mental bangsa Indonesia disiapkan untuk menuju bangsa yang merdeka. Jepang memandang bahwa PUTERA lebih bermanfaat bagi bangsa Indonesia maka pada bulan April 1944, PUTERA oleh Jepang dibubarkan.

3. Barisan Pelopor (Syuisyintai)

Setelah PUTERA dibubarkan maka dibentuklah Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa). Salah satu bagian Jawa Hokokai adalah Syuisyintai (Barisan Pelopor) yang dipimpin Ir. Soekarno dengan pemimpin Harian atau Kepala Sekretariatnya adalah Sudiro. Beberapa tokoh nasionalis lainnya sebagai anggota pengurus antara lain Chaerul Saleh, Asmara Hadi, Sukardjo Wiryopranoto, Oto Iskandardinata dan lain-lain.

Organisasi ini dimanfaatkan oleh para nasionalis sebagai penyalur aspirasi nasionalisme dan memperkuat pertahanan pemuda melalui pidato-pidatonya.

4. Chuo Sangi In (Badan Penasihat Pusat)

Badan ini dibentuk pada tanggal 5 September 1943 atas anjuran Jenderal Hideki Tojo (Perdana Menteri Jepang). Ketuanya Ir. Soekarno, anggotanya berjumlah 23 orang Jepang dan 20 orang Indonesia. Tugas badan ini adalah memberi nasihat atau pertimbangan kepada Seiko Shikikan (penguasa tertinggi militer Jepang di Indonesia).

Oleh para pemimpin Indonesia melalui Chuo Sangi In dimanfaatkan untuk menggembleng kedisiplinan. Salah satu saran Chuo Sangi In kepada Seiko Shikikan adalah agar dibentuknya Barisan Pelopor untuk mempersatukan seluruh penduduk agar secara bersama menggiatkan usaha mencapai kemenangan.

Bidang Ekonomi

1. Romusha

Romusha adalah pahlawan pekerja yang dihormati atau prajurit ekonomi. Mereka digambarkan sebagai orang yang sedang menunaikan tugas sucinya untuk memenangkan Perang Asia Timur Raya. Cara yang ditempuh untuk pengerahan tenaga Romusha ini dengan bujukan, tetapi apabila tidak berhasil dengan cara paksa. Sedangkan panitia pengerah Romusha disebut Romukyokai. Di samping rakyat, bagi para pamong praja dan pegawai rendahan juga melakukan kerja bakti sukarela yang disebut Kinrohoshi.

2. Tonarigumi

Untuk mengawasi penduduk atas terlaksananya gerakan-gerakan Jepang maka dibentuklah tonarigumi (rukun tetangga) sampai ke pelosok pelosok pedesaan. Dengan demikian sumber daya manusia rakyat Indonesia khususnya di Jawa dimanfaatkan secara kejam untuk kepentingan Jepang. Akibat dari tekanan politik, ekonomi, sosial maupun kultural ini menjadikan mental bangsa Indonesia mengalami ketakutan dan kecemasan.

Bidang Semi Militer

1. Seinendan (Barisan Pemuda)

Seinendan merupakan organisasi semi militer yang dibentuk secara resmi tanggal 29 April 1943. Anggotanya terdiri atas pemuda usia 14-22 tahun. Mereka dilatih militer untuk mempertahankan diri maupun penyerangan. Tujuan pembentukan Seinendan yang sebenarnya adalah agar Jepang memperoleh tenaga cadangan untuk memperkuat pasukannya dalam Perang Asia Pasifik.

2. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi)

Keibodan merupakan organisasi semi militer yang dibentuk pada tanggal 29 April 1943. Anggotanya terdiri atas para pemuda usia 23 – 25 tahun. Tugas Keibodan adalah sebagai pembantu polisi dalam yang bertugas antara lain menjaga lalu lintas, pengamanan desa, sebagai mata-mata, dan lain-lain. Jadi keibodan ini selain untuk memperkuat kewaspadaan dan disiplin masyarakat juga untuk politik pecah belah.

Keibodan mendapat pengawasan ketat dari tentara Jepang karena untuk menghindari pengaruh dari kaum nasionalis dalam badan ini. Di seluruh pelosok tanah air sudah dibentuk Keibodan walaupun namanya berbeda, antara lain di Sumatera disebut Bogodan sedangkan di Kalimantan disebut Borneo Konen Hokukudan.

3. Fujinkai (Barisan Wanita)

Fujinkai dibentuk pada bulan Agustus 1943. Anggotanya terdiri atas wanita yang berumur 15 tahun ke atas. Tugas Fujinkai adalah ikut memperkuat pertahanan dengan cara mengumpulkan dana wajib berupa perhiasan, hewan ternak, dan bahan makanan untuk kepentingan perang.

4. Jawa Hokokai (Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa)

Jawa Hokokai diresmikan pada tanggal 1 Maret 1944. Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah dan langsung di bawah pengawasan pejabat Jepang. Pimpinan tertinggi dipegang oleh Guneseikan (Kepala / pemerintahan militer yang dijabat kepala staf tentara).

Keanggotaan Jawa Hokokai adalah para pemuda yang berusia minimal 14 tahun. Tugas Jawa Hokokai adalah menggerakkan rakyat guna mengumpulkan pajak, upeti, dan hasil pertanian rakyat. Syuisyintai (Barisan Pelopor) Syuisyintai diresmikan pada tanggal 25 September 1944. Syuisyintai ini dipimpin oleh Ir. Soekarno yang dibantu oleh Oto Iskandardinata, R.P. Suroso, dan Dr.Buntaran Martoatmojo. Barisan pelopor memiliki kekuatan satu batalyon di tiap kota atau kabupaten, menyiapkan pemuda-pemuda dewasa untuk gerakan perlawanan rakyat. Latihan-latihannya ditekankan pada semangat kemiliteran.

Bidang Semi Militer

1. Heiho (Pembantu Prajurit Jepang)

Heiho merupakan organisasi militer resmi yang dibentuk pada bulan April 1945. Anggotanya adalah para pemuda yang berusia 18 – 25 tahun. Heiho merupakan barisan pembantu kesatuan angkatan perang dan dimasukkan sebagai bagian dari ketentaraan Jepang. Heiho dijadikan sebagai tenaga kasar yang dibutuhkan dalam peperangan misalnya memindahkan senjata dan peluru dari gudang ke atas truk, serta pemeliharaan senjata lain-lain. Sampai berakhirnya masa pendudukan Jepang jumlah anggota Heiho mencapai 42.000 orang. Prajurit Heiho juga dikirim ke luar negeri untuk menghadapi pasukan Sekutu antara lain ke Malaya (Malaysia), Birma (Myanmar), dan Kepulauan Salomon.

2. PETA (Pembela Tanah Air)

PETA dibentuk pada tanggal 3 Oktober 1944 atas usul Gotot Mangkupraja kepada Letjend. Kumakici Harada (Panglima Tentara ke-16). PETA di Sumatera dikenal dengan Gyugun. Pembentukan PETA ini berbeda dengan organisasi lain bentukan Jepang. Anggota PETA terdiri atas orang Indonesia yang mendapat pendidikan militer Jepang.

PETA bertugas mempertahankan tanah air Indonesia. PETA merupakan tentara garis kedua. Di Jawa dibentuk 50 batalion PETA. Jabatan komando batalion dipegang oleh orang Indonesia tetapi setiap komandan ada pelatih dan penasihat Jepang. Tokoh-tokoh PETA yang terkenal antara lain Supriyadi, Jenderal Sudirman, Jenderal Gatot Subroto, dan Jenderal Ahmad Yani

Related Posts: