Jangan Pernah Lakukan Hal Ini Setelah Makan


Mungkin sebagian dari kamu banyak yang lupa setelah melakukan kegiatan makan bahkan menganggap sepele hal ini. Tapi taukah kamu bahwa ada aktifitas yang nggak boleh dilakukan setelah makan karena akan mengganggu proses pencernaan makanan dalam perut kamu yang akibatnya proses pencernaan tidak sempurna atau sakit perut.

Beberapa Hal yang harus kamu hindari saat setelah makan :

1. Banyak Minum

Kebanyakan air minum setelah makan juga sangat tidak baik buat proses pencernaan makanan hal itu menggangu proses pencernaan dan dapat mengakibatkan sakit perut.

2. Ngerokok

Biasanya bagi kaum pria merokok setelah makan menjadi ritual wajib tapi harap dihindari karena setelah makan sirkulasi darah dalam sistem pencernaan meningkat sehingga dapat menyebabkan kerusakan lebih lanjut pada paru-paru.

3. Jalan-Jalan

Sebaiknya kamu jangan pernah melakukan kegiatan jalan-jalan setelah makan besar karena dapat memperlambat proses pencernaan makanan yang mengakibatkan sakit pada usus dan akan sakit perut yang luar biasa bahkan bisa mengakibatkan sesak pada pernapasan

4. Tidur

Setelah makan banyak dari kamu melakukan kegiatan tidur itu karena usus bekerja keras dalam mengolah makanan dalam tubuh sehingga mmenguras tenaga yang mengakibatkan ngantuk tetapi jangan pernah diikuti dengan tidur itu akan mengakibatkan kerusakan pencernaan dan pengumpalan lemak

5. Naik Tangga

Hindari naik tangga setelah makan karena akan melemahkan cairan pencernaan dalam perut yang mengakibatkan keasaman dan berakir kesakitan dalam perut

Related Posts:

5 Cara Ngatasin Kulit Kamu Yang Kusam


Kulit kusam memang bikin kita ngak PD saat berhadapan sama temen, pastinya ngak nyaman lah. Hal itu disebabkan oleh berbagai macam seperti terkena sinar matahari yang terik, asap rokok, polusi kendaraan, bahkan banyak mengkonsumsi miniman beralkohol. Teoope mau kasih beberapa cara menghilangkan kulit kusam kamu secara alami diantaranya :

1. Dengan Minum Air Putih

Kulit kamu yang kusam bisa juga karena kekurangan cairan pada tubuh kamu sehingga lebih cepat mengering. Maka dari itu minumlah air putih sebanyak 8 gelas perharinya agar kulit kamu terlihat segar dan kenyal.

2. Rutin Olah Raga

Pastinya dengan berolahraga kita akan mengeluarkan keringat, dan keringat yang keluar dari pori-pori kita membawa kotoran yang menggumpal dalam tubuh. aturlah waktu kamu berolahraga agar selalu bugar dan sehat

3. Berpikirlah Positif

Berpikir positif juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan kulit kita pasalnya bila kita sedang banyak memikirkan hal yang negatif akan membuat kita menjadi pusing dan mengencangkan urat syaraf hingga berpengaruh terhadap kesehatan kulit 

4. Konsumsi Buah-Buahan Dan Sayuran

Rajin-rajinlah makan buah-buahan dan sayuran segar karena itu dapat membantu pertumbuhan kulit kamu menjadi sehat karena didalamnya banyak terdapat kandungan vitamin yang membantu pertumbuhan kulit dari dalam

5. Rajin Merawat kulit Dengan Bahan Alami

Cobalah sesekali kamu merawat tubuh kamu dengan bahan-bahan alami seperti bengkoang, Buah alpukat, timun dan lain-lain pada bagian tubuh kamu yang sesuai dengan pungsi buahnya itu akan membantu mempercepat kesehatan kulit secara alami

Mudah-mudahan tips diatas dapat membantu kamu dalam merawat kulit agar tetap sehat dan menarik

Related Posts:

Ini Alasan Mengapa Kamu Harus Pergi Merantau Di Usia Muda.

Saat mendengar kata "Merantau" mungkin yang ada di dalam pikiran anak muda jaman sekarang adalah keadaan dimana segala sesuatunya harus dilakukan sendiri. Bagi sebagian dari anak seusia kamu, itu merupakan kegiatan yang menyiksa dan sangat membosankan. Karena rata - rata anak muda di jaman ini lebih merasa bahagia dengan duduk manis bersama gadget kesayangan. Namun dibalik semua penderitaan yang ada didalam pikiranmu itu ada sesuatu hal yang sangat berharga dan hanya akan kamu dapatkan setelah kamu pergi merantau. Terlebih lagi untuk kamu yang sedang berjuang meraih kesuksesan. di usia muda. Berikut ini adalah alasan mengapa kamu harus pergi merantau.

Memupuk Rasa Tanggung Jawab.



Merantau menuntut kamu untuk menjadi orang yang lebih dewasa. Sewaktu menjadi dewasa orang - orang muda mengalami perubahan tanggung jawab dari sepenuhnya tergantung orang menjadi orang dewasa yang mandiri. Kamu harus bisa menentukan pola hidup baru, memikul tanggung jawab baru dan membuat komitmen-komitmen baru.

Memahami Arti Perjuangan.

Pada hakikatnya hidup ini adalah perjuangan. Namun kamu takkan pernah benar-benar memahami arti perjuangan saat kamu masih tinggal bersama orang tua. Lha wong tempat tinggal sudah ada pun urusan perut selalu siap sedia di atas meja, bahkan uang saku yang berlebihan dari orang tuamu tidak jarang kamu gunakan untuk bersuka ria. Memang keadaan itu sangatlah menyenangkan apalagi untuk anak muda seperti kamu tapi itu akan menjadi kebiasaan yang berdampak buruk bagi masa depan kamu. Kamu akan menjadi pribadi yang pasrah dengan keadaan. Sementara orang-orang sukses adalah mereka yang memiliki daya juang yang sangat tinggi. Coba tantang diri kamu untuk keluar dari rumah. Berdiri diatas kaki sendiri, jangan lagi meminta bantuan dari keluarga dan rasakan perjuangan hidup yang sebenarnya.

Related Posts:

Cerpen : Love Is History


Title : Love is History

Author : Ismaya

Cast :

· Xiumin Kim

· Hwayoung Ryu

Genre : Comedy and romance

Length : Oneshoot ( 3037 words )

Rating : PG-13

Disclimer : Ini murni dari otak author. Jika ada kesamaan, mohon di maafkan karena itu atas ketidaksengajaan. Cast milik diri mereka masing-masing.

A/N : Khusus yang di garisbawahi adalah bahasa korea romanisasi dan yang di tandakurungi adalah artinya. Jika ada kata yang sama, maka tidak ada pengulangan arti.

Happy reading ~

Author’s pov

“Xiumin sunbaenim (kakak kelas),” teriak seorang yeoja (perempuan) yang suaranya cukup melengking.

Membuat para murid yang ada di koridor menatapnya kesal. Tapi, yeoja itu tidak peduli. Dia malah meneriaki lagi nama namja (laki-laki) yang di kaguminya sejak Menengah Pertama.

“Xiumin sunbaenim,” teriak yeoja itu lebih keras. Dia berlari, mencoba menyamakan jalannya dengan namja bernama Xiumin itu.

Namja bernama Xiumin itu baru sadar jika ada seseorang yang memanggil namanya. Diapun menoleh ke kiri dan kanan, mencari asal suara itu. Tatapannya terhenti pada yeoja yang sedang berlari ke arahnya sambil melambai-lambaikan tangan padanya.

Xiumin menoleh ke kiri, kanan dan belakangnya. Mungkin saja yeoja itu memanggil orang lain, pikir Xiumin. Setelah yeoja itu berdiri tepat di depan Xiumin, Xiumin langsung menunjuk dirinya.

“Kau memanggilku?” tanya Xiumin polos.

Yeoja itu masih mengatur napasnya yang sempat terganggu akibat berlari. Beberapa saat kemudian, yeoja itu baru menjawab pertanyaan Xiumin.

“Ne (ya), sunbaenim. Aku memanggilmu.”

“Ada apa kau memanggilku? Bukankah, kita tidak saling mengenal?”

“Hehe. Aku lupa. Kita bahkan belum berkenalan. Kenalkan, jeoneun Hwayoung Ryu imnida (nama saya Hwayoung Ryu). Aku murid kelas 2-B.” uap yeoja yang ternyata bernama Hwayoung.

“Ah, ne. Aku Xiumin Kim. Ada apa kau mencariku?” tanya Xiumin.

“Aku mencarimu karena guru Song menyarankanku untuk belajar sejarah denganmu. Beliau bilang, kau sangat pandai di bidang pelajaran itu.” jawab Hwayoung.

Xiumin diam sejenak. Dia mengingat-ingat tentang sesuatu yang sempat guru Song bilang padanya. Tak lama, Xiumin akhirnya mengingat hal itu.

“Ah, ne. Aku ingat. Guru Song pernah bilang padaku jika ada salah satu muridnya yang selalu mendapat nilai merah selama 3 semester berturut-turut. Jadi, kau orangnya?”

Hwayoung hanya tersenyum malu.

“Sunbaenim, bisakah kau mengajariku? Eommaku (ibuku) sudah memarahiku 3 kali berturut-turut karena nilaiku yang buruk di pelajaran sejarah. Dia mengomeliku karena menurutnya aku tidak memperhatikan guru saat belajar. Tolonglah sunbaenim. Nilai sejarahku selalu di bawah 7,” Hwayoung terus memohon pada Xiumin agar dia mau membantunya.

Xiumin menatap dari Hwayoung atas sampai bawah.

‘Apa dia benar-benar selalu mendapat nilai merah?’ batin Xiumin.

Hwayoung memang bukan murid yang bodoh. Tapi, dia akan lemah di pelajaran yang membosankan seperti sejarah.

“Sunbaenim. Kau mau membantuku atau tidak?” ucap Hwayoung.

Setelah berpikir dengan matang-matang, akhirnya Xiumin memutuskan untuk membantunya.

“Baiklah. Tapi, aku tidak bisa mengajarimu sekarang. Hari ini aku sangat sibuk.”

“Ah, jinjjayo (benarkah)? Kau mau mangajariku?” tanya Hwayoung tak percaya. Xiumin mengangguk lalu tersenyum.

“Gamsahamnida (terimakasih), sunbaenim. Gamsahamnida.” ucap Hwayoung sambil membungkuk 90 derajat berkali-kali.

“Ne. Kalau begitu, aku pergi dulu, ne. Annyeong (ucapan selamat pagi/perpisahan untuk sebaya atau dari yang lebih tua kepada yang lebih muda).” ucap Xiumin lalu pergi dari hadapan Hwayoung.

Saat Xiumin sudah berjalan sekitar 5 meter dari tempat berdirinya, Hwayoung langsung melambai-lambaikan tangannya sambil tersenyum.

“Huh, seandainya aku mempunyai keberanian.” ucap Hwayoung.

Author’s pov end

@@@

Xiumin’s pov

“Sunbaenim,” panggil seseorang. Kurasa, suaranya dari sebelah kiri. Ku tolehkan kepalaku ke arah kiri. Terlihat hoobae (adik kelas) yang tadi pagi menemuiku. Aku tetap diam di tempat sambil menatapnya. Sedangkan, dia berjalan mendekatiku sambil membawa nampan makan siangnya. Ya, sekarang sudah jam istirahat. Jadi, semua murid datang ke kantin untuk mengisi perut mereka yang sudah kekosongan makanan.

“Annyeonghaseyo (ucapan selamat pagi/perpisahan untuk yang lebih muda), sunbaenim.” sapanya lagi sambil tersenyum. Aku hanya membalas senyumnya lalu duduk di meja yang biasa ku tempati di kantin. Dia masih berdiri di sebelahku.

“Bolehkah aku duduk di sini?” tanyanya.

“Silahkan.”

“Gamsahamnida.”

Dia pun duduk di sisi yang berhadapan denganku.

Kami melahap makanan yang kami bawa tanpa ada percakapan sedikitpun. Setelah selesai makan, akupun mencoba untuk membuka obrolan.

“Hwayoung-ssi, apa kau tidak mempunyai teman?” tanyaku hati-hati. Takut dia merasa tersinggung atau semacamnya. Dia melirikku sebentar.

“Hehe.. tidak. Mereka menganggapku aneh karena badanku yang kecil tapi mataku besar. Mungkin mereka berpikir bahwa aku adalah makhluk planet luar,” jawabnya sambil terkekeh kecil. Aku hanya mengangguk-angguk.

Jika di dengar dari suaranya yang sedikit gemetar, sepertinya, dia di asingkan oleh teman-temannya. Ck, jahat sekali mereka. Padahal, menurutku dia adalah yeoja yang baik, lucu dan manis. Eh? Apa yang barusan ku pikirkan? Aigo (aduh), Xiumin, kau baru mengenalnya hari ini. Jangan asal menyimpulkan sesuatu yang belum ada buktinya.

“Ah, ne. Sunbaenim, bolehkah aku meminta nomor ponselmu?” tanyanya.

“Eh? Nomor ponsel? Untuk apa?”

“Untuk berjaga-jaga jika nanti aku membutuhkan bimbinganmu,”

“Ah, baiklah.”

Dia pun langsung menyerahkan ponselnya padaku. Ku ketik nomor ponselku di layar ponselnya.

“Ige (ini). Tapi, maaf jika aku tidak membalasnya. Aku sangat jarang memegang ponsel,”

“Ah, ne. Gwaenchanha (tidak apa-apa). Gamsahamnida.”

“Ne.”

Tak terasa, kami banyak berbincang-bincang sampai bel masuk berbunyi.

“Aku duluan, sunbaenim.” pamit Hwayoung sambil melambai-lambaikan tangannya dan tersenyum.

“Ne.” balasku sambil melambai-lambaikan tangan dan juga tersenyum padanya.

Dia pun pergi menuju kelasnya.

@@@

Hwayoung. Hwayoung Ryu.

Huft, kenapa yeoja itu sangat berbeda ya dengan yeoja-yeoja yang pernah ku temui?

Banyak yeoja yang membuatku menyimpulkan bahwa dia cantik, lucu, manis, baik dan lainnya. Tapi, kenapa saat melihatnya aku merasa ada yang berbeda, eoh?

Aigo, what happen with myself?

“Ck, Xiumin Kim. Berhenti memikirkannya!” ucapku sambil mengacak-acak rambutnya.

Aku pun beranjak menuju meja belajarku. Ku ambil buku pelajaran untuk esok hari.

Saat sedang serius belajar, tiba-tiba ponselku berdering.

“Ck, mengganggu saja.” rutukku.

Ku raih ponselku yang berada di meja lampu tidurku. Nomor tak di kenal?

Aku jawab panggilan masuk itu.

“Yeobbeoseyo? (halo untuk di telpon) Nuguya? (siapa)”

“Ah, yeobbeoseyo. Ini aku, sunbaenim. Hwayoung.”

Ku jauhkan ponselku dari telingaku. Ku tatap layar ponselku.

‘Hwayoung’ batinku. Refleks, ku rasakan detak jantungku berdetak lebih cepat dari sebelumnya. Ku rasakan juga ujung bibirku membentuk sebuah lengkungan tanpa ku suruh.

Ya.. apa yang terjadi denganku?

“Yeobbeoseyo, sunbaenim? Kau masih disana?”

Setelah tersadar dari lamunanku yang sedikit gila menurutku, aku langsung mendekatkan lagi ponselku di telingaku.

“Ne, Hwayoung-ssi. Aku masih disini. Waeyo?”

“Ah, syukurlah. Kukira kau pergi meninggalkan teleponku. Aku hanya mengetes, apakah ini benar-benar nomor ponselmu atau bukan. Hehe.. mianhamnida (maaf) jika mengganggu malammu,”

“Ah, gwaenchana. Hehe.. kau sama sekali tidak mengganggu. Lagipula, aku sedang tidak melakukan apa-apa,”

Saat itu juga, kulirik meja belajarku yang penuh dengan buku-buku yang tadi ku baca. Ck, konyol sekali.

“Syukurlah. Aku takut jika kau terganggu dengan telepon dariku. Hehe,”

“Tidak. Sama sekali tidak.” saat aku mengucapkan kalimat itu, aku teringat kata-kataku sebelum ku jawab telepon darinya.

“Ya sudah, sunbaenim. Aku tutup dulu teleponnya. Eomma terus saja menyuruku untuk belajar.”

Aku tersenyum geli mendengar suaranya saat mengeluh tadi. Kurasa, jika aku melihat wajahnya pasti wajahnya sangat menggemaskan.

“Baiklah. Hwaiting (semangat) ne,”

“Ne, sunbaenim. Annyeonghaseyo.”

“Annyeong”

‘Bip’ telepon terputus.

Xiumin’s pov end

@@@

Hwayoung’s pov

Hmm.. aku senang sekali karena semalam Xiumin sunbae menerima teleponku. Dulu, kami juga berada di sekolah yang sama saat menengah pertama. Tapi, ya, seperti kalian lihat sekarang. Aku bukanlah anak yang terkenal. Jadi, sudah pasti dia tidak mengetahui keberadaanku saat itu. Tapi, aku bersyukur karena aku bisa berada di sekolah yang sama lagi dengannya secara tidak sengaja. Mungkin, ini takdir Tuhan. Hehe..

“Annyeonghaseyo, anak-anak.” ucap guru Song saat memasuki kelasku. Ck, kau datang di saat yang tidak tepat, guru Song. Apa kau tidak tau kalau aku sedang memikirkan makhluk tampan yang bernama Xiumin, huh? Menyebalkan.

“Annyeonghaseyo, guru Song” balas yang lain kompak. Kenapa ku bilang ‘yang lain’? itu karena aku tidak membalas sapaannya.

“Minggu depan, kalian akan ujian kenaikan. Aku tidak mau lagi melihat ada murid yang mendapat nilai di bawah tujuh,” ucapnya. Sontak mataku membulat dengan sangat sempurna.

“Terutama kau. Hwayoung Ryu-ssi.” ucapnya tajam sambil melirikku sinis. Murid yang lain juga menatap ke arahku yang duduk di meja paling pojok kiri belakang. Aku hanya menunduk dalam. Guru itu benar-benar membuatku malu.

“Baiklah. Kita lanjutkan pelajaran kemarin.”

“Ne, guru.”

@@@

Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu. Tapi, aku belum beranjak sedikitpun dari posisi dudukku. Entah kenapa, aku sangat malas bergerak.

“Hwayoung-ssi” panggil seseorang. Aku menoleh ke arah sumber suara. Mwo? (apa?) Apa aku tidak salah dengar? Xi.. Xiu.. Xiumin sunbae memanggil namaku? Ini bukan mimpi, kan?

“Annyeong, Hwayoung-ssi. Kenapa kau tidak ke kantin?” tanya Xiumin sunbae yang entah sejak kapan berada di bangku Geoyeol –teman sekelasku yang duduk di depanku-.

“Ah.. ti.. tidak,” aigo. Kenapa aku bicara seperti anak kecil yang baru bisa bicara? Aih.. neomu (sangat) pabboya (bodoh), Hwayoung Ryu.

Hwayoung’s pov end

Xiumin’s pov

Bel istirahat sudah berbunyi 5 menit yang lalu.

“Xiumin-ah, kau tidak ke kantin?” tanya Chen. Partner terbaikku.

“Aku akan ke kantin nanti. Kau pergi saja dulu, aku akan menyusul” jawabku. Dia hanya mengangguk, lalu pergi.

Hmm.. aku ingin tau, apakah Hwayoung sudah ke kantin atau belum. Haha.. ini memang sedikit aneh. Aku bukanlah tipe namja yang memikirkan sesuatu dengan berlebihan atau tergesa-gesa. Tapi, entah mengapa, jika mengingat namanya aku pasti merasa terobsesi. Ck, aku tidak mengerti dengan diriku ini. Sudahlah, lebih baik aku ke kelasnya.

Saat aku lewat di depan kelasnya, aku melirik sedikit ke arah pintu kelasnya yang terbuka. Ada. Dia ada di meja paling pojok kiri. Huft.. Tarik napasmu dengan teratur, Xiumin Kim. Kau tidak boleh terlihat memalukan.

Aku pun mengumpulkan kekuatan untuk menyapanya.

“Hwayoung-ssi” panggilku. Dia menoleh padaku. Aku memberanikan diri untuk memasuki ruang kelasnya yang sudah sepi. Sepertinya yang lain sudah pergi ke kantin.

Aku mengambil posisi duduk di kursi yang berada di depan mejanya dan menghadapkan diri padanya.

“Annyeong, Hwayoung-ssi. Kenapa kau tidak ke kantin?” tanyaku. Dia terlihat kaget saat melihatku sudah ada di depannya. Ck, sebenarnya apa yang terjadi dengan dirinya?

“Ah.. ti.. tidak,” jawabnya gugup. Aku menatapnya intens.

“Kau.. tidak sakit, kan?”

“Tidak, sunbaenim. Nan (saya –partiket topik-) gwaenchanayo,” akupun mengangguk. Berpura-pura menyerah. Hwayoung Ryu, kau ini benar-benar. Siapapun orang yang melihatmu, pasti tau kalau kau sedang tidak baik.

“Ah, begitu,”

“Ne. Kau tidak ke kantin?”

“Tidak. Aku sedang tidak berselera,” dia hanya menjawab dengan anggukan.

Kulirik dia. Dia menunduk dalam.

“Ku dengar, minggu depan para hoobae akan ujian kenaikan,” ucapku membuka obrolan di kesunyian kelasnya.

“Ne. kau tau darimana?” tanyanya. Mungkin dia merasa aneh saat tau bahwa aku mengetahuinya. Aku tersenyum.

“Guru Song baru saja memberitahuku saat tadi bertemu di jalan. Dia bilang, dia ingin kau mendapat nilai baik. Jadi, dia semakin menitipkanmu padaku,” jawabku. Terdengar helaan napas suara yang sangat berat. Aku menatap Hwayoung iba.

“Tenanglah. Aku akan membantumu. Sepulang sekolah, kita sudah bisa belajar bersama.” ucapku mencoba menghiburnya. Dia hanya tersenyum kecil.

“Gamsahamnida, sunbaenim. Maaf sudah merepotkanmu.” ucapnya. Suaranya sangat pelan. Aku jadi semakin sedih melihatnya saat ini.

@@@

Akhirnya, kami membuat janji untuk bertemu di café dekat sekolah jam 5 sore.

Dan sekarang, aku sudah berada di café itu. Kulirik jam tangan casual di tangan kiriku. Tertera pukul 5:10.

Huh, lama sekali dia. Mataku terus melirik pintu masuk café itu. Barangkali, Hwayoung yang datang. Tapi, sudah 10 menit aku menunggu, dia tak kunjung datang.

Xiumin Kim. Kau harus bersabar. Bukankah yeoja memang selalu berdandan lama jika ingin pergi atau bertemu dengan seseorang?

Xiumin’s pov end

Author’s pov

‘klening’ bel pintu masuk café berbunyi.

Terlihat disana seorang yeoja yang masih memakai seragam sekolah. Dia menoleh ke kiri dan kanan, mencari seseorang yang sudah membuat janji dengannya. Pandangan matanya jatuh pada namja berpipi chubby yang sedang mengaduk-aduk minuman yang ia pesan. Dengan segera, dia langsung menghampiri namja itu.

“Aigo, jeongmalyo (sungguh/benar-benar).” rutuk Xiumin. Dia sudah berkali-kali mengirim pesan singkat dan berkali-kali juga menghubungi nomor ponsel Hwayoung, tapi tidak ada satupun jawaban dari keduanya.

“Hosh.. hosh.. hosh.. mi.. mi.. mian.. hae..” ucap Hwayoung dengan napas yang tidak beraturan. Xiumin menatapnya tak percaya. Yeoja di depannya benar-benar dengan keadaan kacau.

“Hwa.. Hwaayoung-ssi. Kau habis dari mana? Ke.. kenapa.. kenapa kau begitu berantakan?” tanya Xiumin. Dia langsung menarik Hwayoung untuk duduk di bangku sebelahnya.

Hwayoung masih sibuk mengatur napasnya. Sedangkan Xiumin, dia sedang meminta air putih pada pelayan.

Tak lama, minuman itupun datang.

“Gamsahamnida,” ucap Xiumin pada pelayan itu. Pelayan mengangguk lalu pergi meneruskan pekerjaannya.

“Ige,” ucap Xiumin sambil menyodorkan segelas air putih itu pada Hwayoung. Hwayoung langsung menerimanya dan meneguknya.

“Hah.. gamsahamnida, Xiumin sunbae,” Xiumin hanya mengangguk.

“Mianhae, sunbae. Tadi guru Song memberikanku pelajaran tambahan agar aku bisa mendapat nilai bagus di ujian minggu depan.” adu Hwayoung. Xiumin menghela napas panjang.

“Ya sudahlah. Lupakan saja. Kau masih ingin belajar denganku atau tidak?”

“Mworago? (apa kau bilang?) Kenapa kau bertanya seperti itu, sunbaenim? Tentu saja aku mau. Kau pikir untuk apa aku datang ke sini?”

Xiumin tersenyum geli melihat respon Hwayoung. Hwayoung menatap Xiumin.

“Waeyo (kenapa), sunbaenim? Kenapa kau tertawa?” tanya Hwayoung polos.

“Haha, gwaenchana. Kau ini lucu sekali,” ucap Xiumin lalu mengacak-acak rambut Hwayoung. Refleks, Hwayoung terdiam begitu mendapat perlakuan dari sunbae nya itu.

“Hehe.. sudahlah. Kajja (ayo), belajar.” ucap Xiumin sambil mengambil buku sejarahnya di dalam tas ranselnya. Hwayoung masih saja terdiam.

‘Apa ini bukan mimpi?’ batin Hwayoung.

“Hwayoung-ssi?” panggil Xiumin.

“A..ah.. ne, sunbae.” ucap Hwayoung saat tersadar dari lamunannya lalu mengambil buku sejarahnya. Xiumin hanya menggeleng-geleng sambil tersenyum geli.

@@@

Sejak hari itu, Xiumin dengan sabar mengajari Hwayoung. Membantu agar hoobaenya itu tidak mendapat nilai merah untuk yang ke-empat kalinya dalam empat semester berturut-turut.

“Hwayoung-ssi. Hwaiting!”

Itulah kalimat yang selalu di katakan Xiumin untuk menyemangati Hwayoung tiap kali Hwayoung akan mengikuti ujian kenaikan di mata pelajaran lain. Dan Hwayoung menjadikan kalimat itu sebagai penyemangatnya di setiap dia mengalami kesulitan dalam mengisi soal ujian.

Author’s pov end

Xiumin’s pov

Ah.. entah mengapa beberapa hari terakhir, hariku menjadi lebih indah dan berwarna. Apa mungkin ini karena yeoja itu? Ck, Xiumin Kim. Kau ini benar-benar.

Besok dia akan melaksanakan ujian sejarah. Mata pelajaran yang paling tidak ia sukai. Aku berharap, dia bisa mengerjakannya dengan baik seperti saat dia mengerjakan soal-soal buatanku.

Xiumin’s pov end

Author’s pov

Keesokkan harinya, ujian di laksanakan. Kelas 3 di bebaskan dari belajar karena mereka sudah ujian akhir. Jadi, yang sekolah sekarang hanyalah kelas 1 dan 2.

Walaupun kelas 3 di bebaskan dari belajar, tapi, mereka harus tetap hadir di sekolah karena absensi tetap berjalan. Xiumin pun hadir di sana.

Dia berjalan tak karuan. Tak ada tujuan. Tiba-tiba, pikirannya terisi oleh Hwayoung.

“Apa dia bisa mengerjakannya dengan baik?” gumam Xiumin.

“Ah.. sebaiknya aku intip saja kelasnya.” ucap Xiumin lalu pergi menuju tiap-tiap ruangan. Mencari dimana kira-kira ruangan Hwayoung.

Setelah cukup lama mencari. Ya, sekitar 15 menit. Akhirnya, Xiumin menemukan ruangan itu. Ruang no 6. Di liriknya setiap hoobae yang ada di dalam ruangan itu melalui jendela. Kebetulan sekali saat itu pengawasnya sedang tidak ada.

Disana. Di pojok sebelah kanan.

“Ck, kenapa dia selalu berada di pojok, eoh?” ucap Xiumin pelan sambil terus mempehatikan Hwayoung dari tempatnya.

@@@

Seminggu kemudian, ujian itupun selesai.

Dan hari ini, Xiumin sudah berjanji akan mentraktir Hwayoung makan es krim dekat sungai Han.

“Akhirnya, aku terbebas juga dari soal-soal menyebalkan itu,” ucap Hwayoung sambil merentangkan tangannya.

Xiumin yang melihat itu hanya tersenyum geli sambil mendekati Hwayoung yang sedang duduk di bangku taman setempat. Dia pun duduk di sisi bangku yang kosong.

“Kau lupa? Kau masih harus sekolah 1 tahun. Jadi, kau tidak bisa sepenuhnya terbebas dari soal-soal menyebalkan seperti itu.” ucap Xiumin sambil menyodorkan es krim cone rasa stroberi, vanilla dan coklat pada Hwayoung.

Hwayoung langsung menyambut es krim itu dengan senang hati.

“Gamsahamnida.” ucap Hwayoung lalu menjilat es krim itu penuh penghayatan. Terlihat dari caranya memakan es krim sambil memejamkan matanya.

“Ne, cheonmayo (sama-sama). Kau ini. Memakan es krim saja sampai menutup mata seperti itu,” ucap Xiumin. Hwayoung merasa tak peduli. Dia masih saja melakukan hal itu.

“Ck, lagipula, kau belum tau hasil nilaimu, kan? Jadi, kau tidak bisa benar-benar bersantai.” ucap Xiumin. Hwayoung langsung membuka matanya perlahan sambil menghela napas panjang.

“Sunbaenim, kau ini. Aku sedang mencoba bersantai dari keteganganku. Dan sekarang kau merusak moodku. Menyebalkan.” ucap Hwayoung. Raut wajahnya benar-benar berubah 180 derajat.

Xiumin yang melihat itu merasa tidak enak.

“Sudahlah. Jangan seperti itu. Mianhae atas ucapanku tadi.” ucap Xiumin. Raut wajahnya juga sudah tidak mengenakkan. Hwayoung hanya melirik wajah Xiumin sambil bersusah payah menahan tawanya yang hamper saja meledak.

“Ya.. Hwayoung-ssi. Aku minta maaf.” mohon Xiumin. Karena tak tahan, Hwayoung langsung tertawa lepas.

“Hahaha.. Xiumin sunbae, kau benar-benar lucu. Haha..”

Xiumin membelalakkan matanya.

“Mwo?”

“Haha.. aku tidak marah.”

“Ck, kau…”

Xiumin sudah mengambil ancang-ancang untuk mengejar Hwayoung.

“Awas kau, Hwayoung-ssi.” ucap Xiumin lalu mengejar Hwayoung yang sudah mampu menebak niatnya.

@@@

Hari ini adalah hari dimana Xiumin lulus dan Hwayoung menerima hasil kerja kerasnya belajar.

“Sunbaenim, chukkaeyo (selamat).” ucap Hwayoung sambil menepuk pundak Xiumin. Xiumin hanya tersenyum manis.

“Gamsahamnida, Hwayoung-ssi.” balas Xiumin.

Ya. Xiumin Kim. Lagi-lagi dia mendapat peringkat pertama selama 6 semester berturut-turut.

“Ah, ne. Bagaimana dengan hasil raportmu?” tanya Xiumin penasaran. Hwayoung yang tadinya memasang wajah ceria, mendadak mengubah ekspresinya menjadi murung. Xiumin menatap Hwayoung intens.

“Eottae? (bagaimana?)” Hwayoung masih saja diam. Xiumin masih menatapnya.

Secara tiba-tiba, Hwayoung langsung tertawa lepas seperti saat mereka berada di sungai Han. Sontak, Xiumin kaget dan mengelus-elus dadanya. Mencoba menormalkan detak jantungnya yang berdetak secara overdosis.

“Neo (kau/kamu)…” teriak Xiumin.

“Hahaha.. kau kena lagi sunbaenim. Hahaha..”

“Kau ini, aku bertanya serius. Kenapa kau menanggapinya seperti itu? Cepat beritahu aku yang sebenarnya,”

“Hehe.. iya iya. Nilai raportku menjadi bagus, sunbaenim. Terutama nilai sejarahku. Aku sendiri tidak percaya dengan hasilnya. Aku merasa seperti ada roh halus yang merasuki otakku. Haha..”

Xiumin tersenyum melihat itu.

“Haha, chukkaeyo.” ucap Xiumin sambil mengacak-acak rambut Hwayoung. Hwayoung langsung diam. Tak berkutik sama sekali. Sedangkan, Xiumin malah merangkulnya dan mendekatkan bibirnya pada telinga kanan Hwayoung.

“Saranghae (aku cinta padamu).” bisik Xiumin. Hwayoung semakin membeku.

“Yaa.. kenapa kau diam saja?” ucap Xiumin. Hwayoung masih diam.

“Yaa.. Hwayoung Ryu,” teriak Xiumin. Mendengar teriakan Xiumin, hwayoung baru tersadar.

“Apa? Kau bilang apa, sunbaenim?”

“Naega? (aku –partikel subjek-) Aku tidak bilang apapun,”

“Yaa.. jangan bohong, sunbaenim. Kau tadi bicara apa, huh?”

“Aku tidak bilang apa-apa.”

“Neo..”

Kali ini Hwayoung yang mengambil ancang-ancang. Dengan gerakan yang lebih cepat, Xiumin sudah lari terlebih dahulu.

“Yaa… sunbaenim.” teriak Hwayoung sambil mengejar Xiumin.

“Haha.. tangkap aku kalau bisa.” teriak Xiumin.

Kejar mengejarpun terjadi di antara keduanya.

Ya. Cinta adalah sejarah. Dimana kau bertemu seseorang yang biasa saja yang kemudian memberimu kesan yang indah.

Cinta adalah sejarah. Sejarah bahwa kau pernah mengenal seseorang yang menarik perhatianmu.

Sesuatu yang mudah di lihat tetapi sulit di rasakan.

END

Related Posts:

Cerpen : Sekali Ini Saja



“Lihat, ada bintang jatuh!”

keshya menunjuk sesuatu yang bergerak cepat ke bawah membentuk sebuah cahaya yang terang di atas langit sana.

“Cepat buat permohonan, vin!” keshya menyenggol lengan Alvin yang duduk di sebelahnya, kemudian ia langsung memejamkan mata.

Alvin mengikuti gerak-gerik gadis di sebelahnya, membuat sebuah permohonan.

---

Malam itu seperti biasa, Alvin dan Keshya duduk di atas bukit sambil memandang langit malam yang penuh bintang. Mereka sama-sama menceritakan harapan, dan impian yang akan mereka raih. Disana, mereka berbagi cerita bersama sambil menikmati indahnya malam.

Alvin dan Keshya, dua sahabat yang telah bertahun-tahun lamanya bersama. Membawa sejuta kisah suka dan duka tentang persahabatan mereka. Kedua insan yang memang ditakdirkan bersama, untuk merangkai hari demi hari yang penuh makna, serta menjalani setiap detik hanya berdua.

---

“Bintang yang indah…” ucap Keshya yang masih mengarahkan kedua matanya ke langit.

“Yaa. Seindah…” ucapan Alvin menggantung. Ia berpikir sejenak, apakah ia harus mengatakan hal itu apa tidak.

Keshya menoleh ke Alivin, karena terlalu lama menunggu lanjutan kalimat Alvin. Melihat Alvin yang nampak bingung, Keshya langsung tersenyum dan menggeser posisi duduknya mendekati Alvin. Alvin ikut menoleh ke Keshya yang pula tengah menatap ke arahnya.

“Seindah persahabatan kita, Vin.” Kata Keshya sambil menatap lekat kedua bolamata Alvin.

Alvin pun demikian. Menatap lekat kedua bolamata Keshya, yang entah sejak kapan ia mencintai bolamata tersebut. Mencintai kedua bolamata Keshya, ya, sangat mencintainya.

Hening kemudian. Mereka sama-sama diam dalam tatapan. Tak lama, hanya dua detik. Setelah itu, Keshya kembali menggeser posisinya agak menjauh dari Alvin, dan kembali memandang bintang di langit. Sementara Alvin…

Ya, Alvin masih terus menatap gadis di sebelahnya. Sahabatnya. Ah, bukan… Entah kenapa Alvin menginginkan lebih dari itu. Alvin ingin lebih dari sekedar sahabat dengan Keshya. Karena, Alvin mencintainya. Ya, mencintai sahabatnya.

Izinkan aku mencintainya, Tuhan… batin Alvin dalam hati…

---

Bersamamu…

Yang kumau…

Namun kenyataannya tak sejalan…

---

Alvin membuka bungkusan kecil yang ia terima dari sahabatnya. Sementara Keshya hanya tersenyum melihat gerak-gerik Alvin yang mulai merobek bungkusan tersebut.

“Indah bukan?” Tanya Keshya ketika Alvin berhasil menemukan barang di balik bungkusan tersebut.

Alvin memandang seuntas kalung yang ia pegang. Kalung itu memiliki sebuah tulisan, dan tulisan itu adalah… AlShya

Keshya langsung merebut kalung yang Alvin pegang, kemudian Keshya melingkarkan kalung tersebut di leher Alvin. Alvin menatap lagi kalung itu.

Alshya … Alvin-Keshya. Ya, begitulah nama panggilan untuk mereka berdua.

“Untukku?” Tanya Alvin sambil memegang kalung yang dilingkarkan di lehernya.

“Iya dong. Dan kau tahu? Aku juga punya…” Keshya kemudian menunjukkan seuntas kalung yang ia sembunyikan di balik kerah bajunya. Kalung tersebut persis dengan kalung yang dimiliki Alvin, memiliki tulisan ‘Alshya’.

Keshya kemudian merangkul pundak Alvin. Tangannya yang lain memegang kalung yang terlingkar di lehernya.

“Kalung ini sebagai tanda persahabatan dan hanya dimiliki kau dan aku. Itu artinya, Alshya hanya milik kita berdua. Dan, AlShya hanyalah sepasang sahabat yang ditakdirkan untuk bersama oleh Tuhan,” kata Keshya.

DEG, entah Alvin merasa jantungnya berhenti berdetak usai mendengar kata-kata Keshya barusan. Seakan Alvin tak bisa menerima ucapan tersebut. Bagaimana tidak? Keshya … Gadis itu memang sahabatnya. Namun tak bisakah Keshya mengerti bila Alvin ingin lebih dari itu? Dan kenyataannya memang tidak. Dengan cara apapun Alvin berusaha, Keshya tetap tidak akan mengerti. Karena Keshya hanya menganggap Alvin adalah sahabat. Ya, sahabat yang ditakdirkan untuk bersama.

---

Tuhan bila masih ku diberi kesempatan…

Izinkan aku untuk mencintanya…

---

“Beasiswa?” Alvin kaget.

“Ya. Kalau kau tak percaya, baca saja ini.” Keshya lalu menyerahkan secarik kertas kepada Alvin.

Alvin yang cepat antusias langsung mengambil kertas yang diberikan Keshya dan membacanya dengan cepat. Membacanya dengan cepat? Ah, rasanya tidak. Di tengah kalimat saja, Alvin sudah mulai malas membaca. Bagaimana tidak? Sahabat gadisnya itu, Btari Keshya Valerie menerima beasiswa musik di luar negeri. Tepatnya di Australia. Dan Alvin tahu benar bahwa dari dulu Keshya memang telah bercita-cita ingin masuk ke sekolah tersebut. Untuk mengembangkan bakat musiknya di Australia, dan menjadi pemusik yang terkenal. Tak mungkin bila Keshya akan menolak tawaran beasiswa tersebut.

“Kau… kau akan mengambilnya?” Tanya Alvin mencoba untuk tegar. Karena separuh hatinya telah kecewa membaca surat tersebut. Bukannya kecewa karena Keshya mendapat beasiswa, justru Alvin senang karena sahabatnya telah berhasil mencapai impian yang ia ingin raih. Namun itukah artinya Keshya akan meninggalkan Alvin ? Sendirian…

“Hmm, aku pikir-pikir dulu vin. Lagipula aku juga harus membicarakan hal ini pada orangtua. Tapi mungkin harapanku untuk mengambilnya lebih besar daripada menolak.” Ucap Keshya tersenyum lebar.

Alvin perhatikan gadis yang duduk di hadapannya itu. Gadis itu tersenyum puas, sambil berkali-kali membaca kembali surat yang ia pegang. dan ia peluk surat tersebut sambil memandang langit. Alvin tahu, Keshya pasti senang. Impiannya akan segera tercapai. Namun, apakah Keshya bisa mengerti perasaannya? Perasaan Alvin yang tak ingin Keshya pergi dari sisinya. Perasaan Alvin yang ingin memiliki Keshya lebih dari seorang sahabat. Dan perasaan Alvin yang sangat perih mendengar kabar beasiswa itu. Ya, jawabannya hanya satu. Keshya takkan pernah mengerti. Namun, apakah tak ada sedikitpun celah di hati Keshya untuk menerimanya lebih dari seorang sahabat?

---

Namun bila waktuku telah habis dengannya…

Biar cinta hidup sekali ini saja…

---

“Kau akan mengambilnya?” teriak Alvin .

Keshya mengangguk mantap.

“Orangtuaku setuju. Lagipula memang dari awal aku menginginkan beasiswa itu. Hey, kau ingat kan vin. Aku pernah bilang, aku sangat ingin masuk ke sekolah itu, dan menjadi pemusik yang terkenal. Dan kau tahu? Bila aku menerima beasiswa itu, tinggal selangkah lagi, vin… Tinggal selangkah lagi aku bisa menjadi pemusik terkenal, seperti apa yang aku inginkan,” ucap Keshya, kemudian pikirannya melayang jauh menerawang kehidupannya nanti yang akan ia jalani di negeri antah berantah sana. dan memakai seragam sekolah tersebut yang sudah sangat dikenali oleh kebanyakan orang. Aih, Keshya tak sabar.

Sementara Alvin … hanya kekecewaan yang ia telan.

“Hem, oh iyaa… lusa aku berangkat.” Lanjut Keshya kemudian.

JDER !!

Ada suara petir hebat di atas langit sana yang menghantam tepat di dada Alvin.

Alvin bangkit dari duduknya. Dan menghadapakan tubuhnya ke Keshya. Keshya menengadahkan kepalanya ke atas agar bisa melihat Keshya.

“Jadi kau serius ingin pergi kesana?” Tanya Alvin, sedikit membentak.

Keshya kemudian ikut bangkit dari duduknya.

“Yap. Datang ya ke bandara lusa nanti. Kutunggu loh!” ucap Keshya, yang masih saja sempat tersenyum. Padahal ia tak tahu bahwa sahabatnya itu sangat perih mendengar kalimat-kalimat yang ia ucapkan dari bibir manisnya itu.

“Oh jadi begitu…”

Refleks, Keshya segera menoleh ke Alvin yang mendengar nada sinis dari bibir Alvin.

“Kau akan pergi ke negeri antah berantah, dan meninggalkan sahabatmu menelan kesepian.” Ucap Alvin dengan nada yang sinis, tanpa melihat wajah Keshya.

“Maksudku bukan begitu, vin. Aku hanya ingin mengejar impianku. Sebentar lagi impianku akan menjadi nyata. Seharusnya kau senang dong aku ke Australia,” ucap Keshya yang masih tetap tersenyum.

Alvin memicingkan matanya, menatap Keshya dengan sinisnya. Keshya melihat jelas perubahan tingkah Alvin.

“Senang? Apa yang kau bilang senang itu karena kau pergi untuk menjauh dariku?” bentak Alvin kemudian.

Keshya kaget, ya, sangat kaget. Senyum tak lagi terhias di bibirnya. Tiba-tiba rasa kekecewaan itu hadir dalam benaknya.

“Aku gak menjauh darimu, vin. Aku hanya ingin mengejar impianku. Bukan untuk menjauh darimu,” balas Keshya.

Keshya membuang mukanya ke sisi lain.

“Oke, kau memang tidak menjauh dariku. Tapi kau akan meninggalkanku,” ucap Alvin dengan nada datar.

Keshya mendesah panjang, kemudian ia langkahkan kakinya mendekati Alvin. Ia sentuh pundak sahabatnya itu, dan mengelusnya pelan.

Kau tak pernah mengerti perasaanku, Kesh… Tapi sampai kapan kau takkan mengerti?? Aku mencintaimu, Kesh. Aku tak ingin kehilanganmu… rintih Alvin dalam hati.

Alvin kemudian tersadar. Ia tak bisa begitu saja melepas Keshya pergi. Ia mencintainya, sangat mencintainya… Keshya tak boleh pergi darinya…

“Dulu kau menyuruhku untuk tidak meninggalkanmu…” ucap Alvin datar, membuat Keshya berhenti mengelus pundak Alvin. Ia mundur selangkah ke belakang sambil menatap Alvin yang tak menatapnya.

Kini Keshya baru mengerti, bahwa sahabatnya itu tak ingin ia pergi jauh dari sisinya. Namun, tak mungkin bila Keshya tetap bersama dengan Alvin, menghabiskan waktunya bersama seperti dahulu kala, namun ia harus kehilangan beasiswa tersebut. Namun sebenarnya, Keshya pun tak ingin bila harus meninggalkan Alvin.

Alvin kemudian menoleh ke Keshya, menatap kedua bolamata Keshya yang ia cintai itu yang juga kini tengah menatapnya.

“Tapi sekarang kamu Kesh, kamu… Kamu yang akan tinggalin aku. Mana sumpah persahabatanmu Kesh, manaaa……” bentak Alvin sambil menahan perih di hatinya.

Keshya benar-benar mengerti. Benar, Alvin tak ingin ia jauh dari sisinya.

“Aku tau, vin. Tapi apa kau sama sekali tak mendukung sahabatmu. Sahabatmu menerima beasiswa, vin. Ke Australia, menjadi pemusik terkenal. Apa kau tak mendukungku?”

“Jadi kau lebih memilih beasiswa itu daripada persahabatan kita?”

“Jelas saja vin… Aku mengambil beasiswa untuk pendidikanku di masa mendatang. Sedangkan sahabat? Sahabat ada dimana-mana vin. Aku pasti punya sahabat disana, seperti kamu. Kamu juga akan mendapat sahabat seperti aku disini,”

“GAK ADA YANG BISA SAMAIN AKU, KESH…” bentak Alvin dengan kerasnya.

“Kalau kau hanya mempedulikan beasiswamu itu, ambil saja… Tinggalkan aku, Kesh. Tinggalkan aku disini sendirian, TANPA SEORANG SAHABAT,” bentak Alvin menekankan kata ‘tanpa seorang sahabat’.

Keshya menahan kekecewaan. Kini ia mengerti, beginilah Alvin. Seorang manusia yang tak punya pengertian.

“EGOIS KAU, VIN… AKU BARU TAU TERNYATA BEGINILAH SIFAT ASLIMU…” Keshya kemudian melangkah meninggalkan Alvin sendiri di atas bukit sana. Sebutir airmata yang jatuh dari pelupuk matanya mengiringi langkah Keshya meninggalkan tempat tersebut.

Alvin memandang punggung Keshya yang semakin jauh darinya. Kemudian, rasa penyesalan itu datang.

---

Tak sanggup…

Bila harus jujur…

Hidup tanpa hembusan nafasnya…

---

Alvin melirik jam tangannya, lalu kembali memandang langit di sore hari tersebut. Sendirian… tanpa ada Keshya di sebelahnya.

“Keshya udah berangkat…” ucapnya kemudian menghembuskan nafas.

Alvin melepas kalung yang terlingkar di lehernya. Ia tatap lekat kalung bertuliskan ‘Alshya’ itu. Sesaat, rasa penyesalan itu kembali hadir di benaknya.

Kenapa kau tak pernah mengerti perasaanku, Kesh… batin Alvin sambil menunduk.

Kemudian ia rebahkan tubuhnya di atas bukit, dan kembali memandang langit.

Tiba-tiba langit di sore hari berubah menjadi sebuah rekaman film saat Alvin dan Keshya bertengkar untuk pertama kalinya dua hari yang lalu. Alvin hanya menyaksikannya sambil menggigit bibir, menahan perih.

“Egois kau, vin… Aku baru tau ternyata beginilah sifat aslimu…”

Suara Keshya. Yaa, Keshya yang mengatakannya. Suara itu terngiang lagi di telinga Alvin. Baru saat ini Alvin mendengar ucapan itu dari mulut Keshya. Ahh, kenapa hal itu harus terjadi?

---

Alvin membuka matanya, yang entah sejak kapan terpejam. Ia edarkan pandangannya ke sekeliling. Tempat sama yang ia lihat sebelum matanya terpejam. Hanya warna langitlah yang berubah. Alvin masih ingat tadi ia menatap langit sore sambil berbaring, mungkin saja ia ketiduran dan bangun ketika malam sudah tiba.

Bintang…???

Alvin memandang langit malam itu. Kenapa?? Kenapa tak ada bintang disana??

Alvin melirik sebelahnya. Kosong. Tak ada… tak ada lagi sahabat yang menemani di sebelahnya. Keshya telah pergi. Begitu juga bintang-bintang di langit. Pergi… seakan tak ingin lagi menjadi sahabat Keshya.

---

Alvin melangkah gontai menuju kamarnya. Namun, sebuah percakapan dari ruang keluarga yang tak sengaja ia dengar menghentikan langkahnya.

“Naas banget!” Itu suara Chelsea, kakaknya Alvin.

“Iya ya kak, ngeri deh aku. Untung aja keluarga kita gak ada yang ke Australia. Kalo ada, bisa nangis darah aku,” Kalo itu suara Dinda, adiknya Alvin.

“Haduh, lebaynya dirimu,”

“Loh, bener kak. Kecelakaannya aja parah gitu, manamungkin ada yang selamat. Kalaupun ada, pasti keadaannya kritis. Gak lama lagi, is death deh.”

“Hus, jaga ucapanmu Dinda,”

“Maaf deh kak. Eh, ganti chanel lain dong! Jangan berita terus…”

“Iyee… iyee…”

Alvin kemudian masuk kedalam kamarnya, namun pikirannya masih melayang pada percakapan antara kak Chelsea dengan Dinda yang tadi ia dengar di ruang keluarga. Sebenarnya, Alvin tak mementingkan hal itu. Apalagi itu adalah acara berita. Paling malas Alvin mendengarnya. Namun entah, mendengar kata ‘Australia’ Alvin langsung cepat antusias, dan pikirannya melayang ke Keshya. Apakah Keshya telah tiba di negeri impiannya??

---

Alvin menggigit roti selainya. Kemudian, Dinda datang dan duduk di sebelahnya. Ia mengambil selembar roti dan selai kacang.

“Pagi, kak Alvin…” sapa Dinda.

Alvin tak menjawab, hanya memberi senyuman paksa di bibirnya. Sementara mulutnya masih asik mengunyah roti selai.

“Mau bareng gak vin?”

Sebuah tangan menepuk punggung Alvin, sontak saja Alvin yang sedang mengunyah roti selai langsung tersedak. Ia langsung menyeruput air yang udah tersedia di hadapannya.

Sementara Dinda dan orang yang menepuk punggung Alvin tadi tertawa lepas.

“Gila lu kak! Mau bikin gua mati?” bentak Alvin seusai menghabiskan air putihnya. Ia lalu berjalan menuju dapur untuk mengambil air.

“Hahaaa… Santai, bro.” Chelsea memukul lengan Alvin setelah kembali dari dapur.

Alvin Cuma merengut. Ia lalu kembali duduk manis di sebelah Dinda atau lebih tepatnya di hadapan Chelsea.

“Kak, tau gak? Kecelakaan pesawat tadi malem yang kita tonton, masuk ke mimpi aku lohh…” ucap Dinda sambil mengunyah roti selainya.

“Ah, serius? Serem dong?” kata Chelsea langsung antusias sambil mengoles rotinya dengan selai. Sementara Alvin cuek sambil terus mengunyah roti terakhirnya.

“Iyalah. Serem banget malah. Lagian sih kakak pake nonton acara begituan.”

“Itu berita, Dinda? Kakak malah paling demen kayak gitu,”

“Halah sok tua lu kak!” ejek Alvin kemudian menyeruput airnya lagi karena rotinya telah habis.

Chelsea tak pedulikan celoteh Alvin, lalu ia melanjutkan…

“Sebenarnya kakak tuh masih penasaran sama kecelakaan pesawat menuju Australia itu, kan belum dikasih tahu beeerrrr….”

BRRUUUSSS…!!!!

Ucapan Chelsea tak sampai selesai, karena ia keburu disembur air oleh lelaki di hadapannya.

“Alvinnnnnnn… lu apa-apaan sih? Kalo mau nyembur air jangan ke gua dong, ke Dinda ajahh…” rengek Chelsea membentak kemudian mengelap wajahnya yang kena semburan air dari Alvin dengan saputangannya.

“Lah? Kok aku?” Dinda bingung.

“Heh, sorii kak. Tapi, tadi lu bilang apa? Kecelakaan pesawat? Australia? Maksudnya?” Tanya Alvin gak sabaran.

“Iya kak. Pesawat menuju Australia yang take off jam 5 sore kemaren kecelakaan. Hampir semua korban tewas. Naas banget deh pokoknya,” Samber Dinda sambil mengelap meja makan yang juga kena semburan air dari Alvin.

Take off jam 5 sore?? Itu kan???........ Jam keberangkatannya Keshya???

“Kecelakaan???” teriak Alvin yang langsung bangkit dari duduknya.

Dinda ngangguk-ngangguk. Chelsea pun demikian.

“Kenapa?” Tanya Dinda dan Chelsea bersamaan.

Alvin tak menjawab. Kini, pikirannya kacau entah kemana.

Keshya … kecelakaan…?? Gak mungkiiin… !!!

---

Tuhan bila waktu dapat kuputar kembali…

Sekali lagi untuk mencintanya…

---

Alvin menelusuri koridor rumah sakit dengan langkah cepat dan tergesa-gesa. Ia ingin cepat sampai ke ruang dimana sahabatnya berada.

“Btari Keshya Valerie, ruang UGD, sedang buka jahitan. Tunggu saja 10 menit lagi!”

Begitulah jawaban resepsionis ketika Alvin menanyakan korban kecelakaan pesawat yang bernama Keshya di Rumah Sakit Harapan Bandung. Setelah mendengarnya, Alvin langsung melangkahkan kaki-kaki kecilnya menuju ruang UGD.

---

Alvin genggam erat tangan mungilnya Keshya yang berbaring di hadapannya. Sebutir airmata kemudian jatuh membasahi tangan Keshya. Secepat mungkin Alvin mengelap airmatanya yang jatuh di tangan Keshya .

“Maafin aku Kesh…” ucap Alvin yang tiba-tiba airmatanya mengalir kembali dari pelupuk matanya.

“Bukan kamu yang salah vin,”

Alvin menoleh ke sumber suara.

“Ini udah jadi takdir. Aku yang memilih jalan ini, berarti aku pula yang harus menanggung semua yang terjadi padaku,”

Alvin menggigit bibirnya. Ia merasa bahwa dirinya tak becus menjaga sahabat yang dicintainya itu. Keshya, sahabat kecilnya harus berbaring disana. Di rumah sakit kecil yang menerima korban kecelakaan pesawat menuju Australia. Memang Keshya selamat, namun ia harus menerima kenyataan bahwa wajahnya akan cacat. Ya, wajah Keshya cacat. Dan kondisinya pun masih kritis. Banyak luka di tubuhnya yang harus dijahit. Dan yang harus Keshya telan pahitnya adalah kehilangan kedua orangtuanya yang tewas di tempat.

Alvin membelai pelan rambut Keshya, sementara Keshya … ia hanya diam, sambil menatap lekat wajah sahabat yang duduk di sebelahnya.

“Tapi mungkin takdir akan berkata lain bila kau dan aku tak bertengkar kemarin hari,” ucap Alvin.

“Sudahlah vin. Tak usah kau ungkit masalah itu lagi. Kenyataannya sekarang udah terjadi, gak ada yang perlu disesalkan,” kata Keshya mencoba tersenyum. Namun Alvin bisa melihat jelas sedikit gurat kesedihan di wajah Keshya.

“Kesh…” Alvin berhenti mengelus rambut Keshya, ia kini kembali menggenggam tangan Keshya.

“Aku hadir di dunia untukmu. Jadi, jangan pernah kau tinggalkan aku. Tetaplah disini bersamaku Kesh. Aku mencintaimu…” ucap Alvin sambil menatap wajah Keshya yang penuh perban.

Keshya menarik ujung bibirnya membentuk sebuah senyuman tipis.

“Aku juga mencintaimu, vin. Karena kau sahabatku,”

“Tapi aku ingin lebih dari itu,” balas Alvin dengan cepat.

Keshya tercekat. Ia diam, tak bereaksi apa-apa. Namun masih menatap lekat wajah Alvin.

“Sejak dulu Kesh, sejak dulu kunantikan sosok dirimu yang lain. Sesosok Keshya yang juga mencintaiku, lebih dari seorang sahabat. Aku menanti itu Kesh, aku menantinya.” Lanjut Alvin

Keshya masih diam.

“Kau cinta pertamaku, Kesh. Dan aku janji akan menjadikanmu cinta terakhirku juga,”

Hening kemudian. Alvin tak lagi berkata, Keshya pun demikian. Ia tak tahu apa yang harus dijawabnya. Ia mencintai Alvin, namun rasa cintanya tak lebih dari seorang sahabat. Keshya hanya menganggap bahwa Alvin sahabatnya, tak lebih.

“Kau sahabatku, vin” ucap Keshya kemudian.

“Tapi kau cintaku, Kesh.” Balas Alvin tak mau kalah. Ia ingin dirinya menang. Memang, egois. Namun baginya, egois untuk cinta, apa salahnya?? Alvin jujur, mencintai Keshya. Dan tak ingin kehilangannya. Maka Alvin pun harus egois agar bisa mendapatkan Keshya, untuk menjadi miliknya.

Keshya membuang mukanya. Dari sudut matanya, sebutir airmata mengalir membentuk sebuah garis di pipinya. Keshya tak ingin menyakiti sahabatnya.

“Aku kini cacat, vin…” ucap Keshya kemudian, tanpa menatap wajah Alvin. Dan suaranya, suaranya terdengar lirih.

“Kau tak mungkin akan betah hidup bersama seorang gadis yang cacat.” Lanjutnya, dan kini terdengar suara isak tangis dalam kata-katanya. Keshya menangis..

“Enggak Kesh…” Alvin bangkit dari duduknya, agar bisa melihat wajah Keshya. “Aku tak akan mungkin meninggalkanmu. Walau keadaanmu seperti ini, itu tak akan merubah semuanya. Aku tetap mencintaimu,”

Keshya menoleh pelan, melihat kembali wajah Alvin. Segurat keseriusan tampak jelas di wajahnya. Akhirnya, sebuah anggukan kecil Alvin dapatkan.

Alvin kembali duduk, tanpa mengalihkan pandangannya dari Keshya.

“Kau serius? Ingin bersamaku?” Tanya Alvin girang.

“Aku akan mencobanya…” ucap Keshya lirih disertai anggukan kecil.

Alvin langsung menyambar pundak Keshya untuk memeluknya. Keshya rasakan hangat pelukan itu. Namun apa bisa ia menjadi apa yang Alvin inginkan? Keshya hanya menganggap Alvin sahabat, tak lebih. Ya, Keshya harus mencobanya. Walau mungkin ia harus menahan perih.

---

Namun bila waktuku telah habis dengannya…

Biarkan cinta ini…

---

“Sakit vin…” Keshya menggenggam erat tangan Alvin sambil menahan perih.

“Sabar Kesh, sabar. Kamu pasti kuat,” Alvin memberi support sambil terus mengejar Keshya.

Keshya kini dibawa lagi ke ruang UGD. Keadaan Keshya kembali kritis. Dokter kembali akan memeriksanya. Berkali-kali Keshya merasa perih pada bagian organ tubuhnya. Ia merasa dadanya sesak. Sulit untuk bernafas.

“Maaf, dik. Adik tidak boleh ikut masuk. Tunggu disini, berdoa agar teman adik diberi keselamatan,” ucap seorang suster menghentikan langkah Alvin ketika Alvin ikut masuk ke ruang UGD.

Kemudian suster itu menutup pintu ruang UGD. Alvin menunggunya di luar dengan gelisah. Berkali-kali ia membatin,

Tuhan, selamatkan Keshya. Jangan dulu Kau ambil nyawanya. Aku masih ingin bersamanya, Tuhan…

---

Alvin tatap wajah gadis itu. Wajahnya pucat, sangat pucat… Akankah ini untuk yang terakhir kalinya ia menatap wajah itu? Tidak, jangan. Itu tak boleh terjadi. Alvin masih ingin bersamanya. Sangat ingin… Keshya tak boleh pergi darinya.

Alvin membelai pelan rambut Keshya. Keshya sudah tidur. Sehabis pemeriksaan, dokter memang menyuruh Keshya untuk tidur, agar kondisinya membaik di kemudian hari. Dan Alvin, akan menemaninya malam ini. Hingga esok hari tiba…

---

Sinar mentari yang masuk melewati celah jendela menembus kelopak mata Alvin membuatnya terbangun dari tidurnya yang nyenyak. Ia mengulet. Dilihatnya Keshya masih berbaring di hadapannya. Matanya masih terpejam. Mungkin pengaruh obat yang diberikan dokter tadi malam hingga membuat Keshya masih tertidur.

Alvin melangkahkan kakinya keluar kamar, ia ingin menghirup udara pagi sejenak sambil melihat para pasien rumah sakit yang dibawa pengunjung ke halaman rumah sakit untuk menghirup udara segar. Dokter dan suster pun kembali beraktivitas untuk memeriksa keadaan pasiennya satu persatu.

Hampir setengah jam lebih Alvin menikmati udara pagi di luar rumah sakit. Ia kemudian melangkahkan kakinya kembali menuju kamar Keshya. Ia masih menemukan sesosok Keshya terbaring di ranjang. Wajahnya masih pucat. Alvin mendekatinya.

“Selamat pagi, Kesh…” ucap Alvin pada Keshya yang matanya masih terpejam.

Alvin kemudian meraih tangan Keshya. Namun, Alvin tersentak. Tangan Keshya dingin, sangat dingin. Alvin mulai gelisah. Ia langsung memeriksa denyut nadi Keshya, namun Alvin sama sekali tidak merasakan nadi Keshya berdenyut. Dan juga tak bisa Alvin rasakan detak jantung Keshya ketika memeriksa keadaan jantungnya. Alvin terduduk lemas di sebelah Keshya. Perlahan airmatanya mengalir dari pelupuk matanya.

Keshya telah pergi, meninggalkan dirinya. Untuk selamanya…

---

Biarkan cinta ini…

Hidup untuk sekali ini saja…

---

Kau akan selalu ada di hatiku untuk selamanya kesh… batin Alvin sambil menatap langit.

Alvin kembali sendiri di atas bukit sana. Memandang langit sendirian, tanpa ada Keshya di sebelahnya.

2 tahun sudah Keshya pergi meninggalkan Alvin. Meninggalkan semua kenangan tentang persahabatan mereka. Kini, Alvin berdiri sendiri di atas bukit. Bersama bayangan Keshya di benaknya, ia lalui hari demi hari hingga ia kini menjadi apa yang ia inginkan dahulu.

Alvin akan selalu ingat, ketika Keshya berada di sebelahnya, menceritakan semua tentang cita-cita dan harapannya, memberikan support untuknya, dan masih banyak lagi yang ada di ingatannya. Walau Keshya telah pergi dari sisinya, tapi Keshya akan selalu ada di hati Alvin untuk selamanya. Begitupun sebaliknya. Walau Keshya kini berada di dunia lain, pasti Alvin tak akan terhapus di hatinya.

Seuntas kalung ‘AlShya’ akan selalu terlingkar di leher Alvin. Untuk selamanya, sebagai pertanda bahwa Alvin dan Keshya tak akan pernah bisa dipisahkan…

Biarkan cinta ini, hidup untuk sekali ini saja…


Karya : Helda Eka Rahmadanti

Related Posts:

Cerpen : Jangan Lanjutkan


Hai, namaku Tiara. Aku suka sekali baca buku cerita, terutama buku cerita yang bergenre horror seperti Jeff The Killer (si pembunuh berdarah dingin), serta Slanderman (si hantu muka rata yang bertubuh sangat tinggi), dan masih banyak lagi. Saking sukanya baca buku sampai lupa waktu, lupa mandi, lupa makan, lupa segalanya deh. Ibu ku tau kalau aku senang baca buku, ibu sering membelikanku buku cerita yang baru. Tapi ibu tidak suka kalau aku baca buku yang bergenre horror. Ibu bilang itu tidak bagus untukku, karna nantinya aku akan menghayal yang aneh-aneh, hahahha ada-ada saja ibuku. 

Keesoknya, aku pergi ke sekolah. Huft, aku capek! Rasanya ingin sekali tidur nyenyak di Kasur yang empuk. Wajar, karna semalaman aku begadang untuk membaca buku. Buku cerita yang aku baca benar-benar seru. Buku itu bercerita tentang sebuah mimpi yang terasa nyata, judulnya Monkey Dreams. Monkey Dreams, aku sendiri tidak tahu apakah hal itu benar-benar ada, tapi banyak orang yang bilang bahwa mimpi seperti itu memang benar-benar ada. Ada yang mengatakan kalau mimpi itu hanya orang-orang yang memiliki riwayat penyakitlah yang akan mengalaminya.

Jadi seperti ini, Ketika kamu tidur kamu seperti bangun dalam mimpi, tepatnya kamu berada pada sebuah kereta. yang entah menuju kemana. Disitu kamu dapat merasakan hawa yang aneh, banyak orang yang terlihat ketakutan di mimpimu, kemudian seseorang mengatakan sesuatu, seperti berkata “cincang! Cincang! Cincang!”. Setelah suara itu menghilang, beberapa orang akan datang dari belakang dengan membawa benda yang terlihat tajam. Ternyata, benda yang mereka bawa digunakan untuk mencincang tubuh seseorang yang ada pada barisan belakang menuju kedepan. Sungguh kejam, sebagian memegang badannya agar korban tidak banyak bergerak. 

Entah apa maksud mimpi itu, tapi yang jelas, jika didalam mimpi itu kamu mati, maka didunia nyata pun kamu akan ikut mati. Namun, Ada cara agar kamu terhindar dari siksaan mimpi itu, yaitu dengan cara segeralah bangun!. Ya, jika kamu bisa bangun dari mimpi itu maka kamu akan selamat, begitupun sebaliknya, jika tidak bangun, maka kamu akan mati tidak hanya dalam mimpi, namun juga dalam kehidupan nyata.Seru bukan, cukup menegangkan jika di baca saat malam, haha.

“Kriiiiingg!!!” bunyi bel sekolah, Aku benar-benar lelah hari ini. Tak terasa selama jam pelajaran berlangsung, aku tertidur di kelas. Beruntung tidak ada guru yang menegurku. “ayolahh, cepat pulang!” ujar ku. Aku benar-benar berharap apa yang aku katakan bisa langsung terwujud. Beberapa jam kemudian akhirnya aku pulang sekolah, aku langsung berbaring tidur. Namun, ada saja hal yang mengganggu, “Tok! Tok! Tok!” suara pintu. “Aduhh, apa lagi si” ujarku dalam hati, 

“Ya kenapa? Masuk aja” jawabku.

“ini ibu nak”,

“oh ibu, ada apa bu ?,” ujarku sambil tiduran.

“ Ibu punya buku baru nih”,

“oh, oke bu, makasih ya, nanti Tiara baca”, sambil menutup mata

“ibu taruh di meja belajarmu ya”,

“iya iya bu, iya” sambil tidur.

Pukul 4 sore, aku bangun dan melihat keadaan rumah yang sepi, lalu aku bergegas mandi. Lumayan lah walau tidur sebentar setidaknya kantukku telah hilang. Selesai mandi aku mulai membaca buku-buku ku, ketika itu aku ingat kalau ibu baru saja beli buku baru untukku. Walaupun aku belum melihat buku yang ibu berikan, tapi aku sudah bisa menebak, kalau ibu pasti membelikan aku buku yang bergenre sejarah atau tentang cinta-cintaan, ewh.. aku tidak suka. 

Namun, karna penasaran akupun mengambil buku yang ibu berikan di mejaku. “Wahhhhhh!” aku benar-benar terkejut, ibu membelikanku buku yang bergenre Horror, judulnya Jangan Lanjutkan. Covernya keren, serem-serem gitu, judulnya juga, misterius gitu, jadi penasaran sama isi ceritanya. Tapi, tumben-tumbenan ibu ngasih aku buku horror, ahsudahlah mungkin ibu lagi pingin bikin anaknya seneng, hehe.

Akupun memulai untuk membaca buku baruku. Dihalaman pertama ada bacaan kamu telah mengambil resiko ketika membuka buku ini, aku harap kamu tidak melanjutkan cerita yang ada. “Mungkin ini hanya salah satu cara penulis agar sang pembaca makin penasaran dengan isinya, wah wah, memang keren buku ini” pikirku. aku pun mulai membaca pada halaman pertama. 

Suatu hari ada seorang gadis yang sangat gemar membaca cerita horror. Gadis itu selalu penasaran terhadap sesuatu, karna itu ia sangat suka cerita hantu. Suatu saat gadis itu di beri hadiah berupa buku baru oleh ibunya, gadis itu senang dengan hadiah yang ia dapat. Namun, sang gadis tidak tahu, bahwa buku yang ia dapat, adalah buku yang sudah di beri kutukan. Ketika ia sedang membaca buku itu sendirian, ia mendengar suara barang jatuh dari dalam dapur.

“Klontang!” aku terkejut, seketika barang jatuh yang diceritakan dalam buku seperti benar-benar terjadi, aku pikir kalau itu hanya kebetulan. Segera aku pergi kedapur untuk memeriksa, ketika berjalan menuju dapur, akupun melanjutkan membaca buku tersebut. Lanjutan cerita tadi, 

Gadis itu segera pergi ke dapur untuk memeriksa apa yang terjadi, ketika berjalan menuju dapur gadis itu melanjutkan membaca buku yang ia bawa. 

“hah!” aku terkejut, seperti ada yang tidak beres dengan buku itu. Aku berpikir kalau buku itu menuliskan hal yang akan terjadi berikutnya. Aku mulai takut untuk membacanya, disisi lain aku penasaran dengan cerita berikutnya. Akupun melanjutkan membaca, 

Sesampainya ia di dapur, gadis itu terkejut, melihat darah yang bercucuran dimana-mana, dan pisau daging yang berlumuran darah, ia pun panik. 

Disini aku benar-benar takut, selama aku baca cerita horror, aku belum pernah merasakan ketakutan seperti ini. Ketika aku melihat keadaan dapur, “aaaakkhhhhh!” hal seperti yang diceritakan dalam buku itu benar-benar terjadi. Darah dimana-mana, aku takut, aku benar-benar panic. Aku takut karna di rumah tidak ada siapa-siapa, apa yang harus aku lakukan. Ketika menangis, tiba-tiba buku cerita itu ada di depan wajahku, cerita itu berlanjut,

Ketika sang gadis menangis, ia pun melihat buku ceritanya lagi, ketika sedang membaca, terderngar suara dari dalam lemari makan.

“Tok! Tok! Tok!” ya ampun, aku sangat takut, tak henti-hentinya aku menangis. Tanpa melanjutkan cerita yang ada di buku, aku langsung membuka pintu lemari makan. Tapi tidak ada apa-apa disana, Akupun berpikir untuk membaca cerintanya lagi. 

sontak ia terkejut, saat ia mengecek pintu lemari makan untuk yang pertama, tidak ada apa-apa disana. Sedikit lega, namun ketika ia cek kembali, gadis itu pun terkejut sambil menangis, melihat mayat sang ibu yang terpotong-potong menjadi beberapa bagian.

“Apa! Itu tidak akan terjadi!” aku kaget bukan kepayang. Aku benar-benar khawatir dengan keadaan ibu sekarang. Ketika aku membuka pintu lemari makan, “Aaaa!! Ibuuuu!!!” benar-benar terjadi, sama dengan yang diceritakan. “buku macam apa itu! Kenapa ibu membelikannya untukku ? kenapa ibu ?” aku nangis terisak-isak. Namun, “Tiara! susah banget sih di banguninnya, ya ampun. Cepat mandi, sudah sore ini, ibu mau pergi dulu” suara ibu membangunkanku. 

“Ibuuu! Ya ampun, syukurlah itu tidak benar-benar terjadi” peluk ibu,

“kamu ini kenapa ? sudah mandi sana, ibu sedang buru-buru”

“aku bermimpi, ibu membelikan aku buku cerita seram yang terkena kutukan, lalu buku itu bercerita tentang yang akan terjadi, terus…….”

“sudah, sudah, apa ibu bilang, kamu jangan kebanyakan baca buku yang seperti itu, jadi kepikiran yang nggak-nggakkan. Tadi ibu memang belikan buku, tapi bukan buku horror, sudah sana mandi”

Dan semenjak saat itu aku tidak pernah membaca buku horror lagi.

Related Posts:

Cerpen : Belajar Ikhlas



Hay Nama ku Dahlia , tetapiku teman-temanku lebih sering memangilku Lia ,aku itu cewek imut,baik hati, dan suka sekali bernyanyi walaupun suara nya pas-pasan hehe. Aku kelas 2 SMK. Disini aku ingin bercerita tentang masa-masa putih abu-abu ,masa-masa yang kebanyakan orang bilang masa yang paling indah dan percintaan yang rumit hehe.


Senin 22 juli 2014 hari pertamaku masuk sekolah,hari pertamaku memakai seragam putih abu-abu, bertemu dengan teman-teman baru, suasana kelas baru ,dan semuanya serba baru. Tidak terasa sudah 1 bulan aku menjadi siswa smk , sudah mempunyai teman dekat yang asik, gokil,dan sifat nya bermacam-macam ada Salsa yang manja,Okta yang tukang galau, Lita yang sok bijak, Leya yang jutek,Talia yang bawel,Dan Citra yang selalu tersenyum dalam kondisi apapun hahah , bel istirahat pun terdengar

Okta : ”ehh ayuk dong cepet ke kantin gua udah laper bgt nih” 

Aku : “ iya bentar dong okta lu mah laper mulu “ 

Salsa : “ tau lo okta dasar perut karung” 

Lita : “ udah-udah ribut mulu ayok kekantin nanti keburu penuh“ 

Sesampainya di kantin aku dan teman-teman ku langsung memesan makanan yang ada di kantin itu,dan makan bersama-sama . dan bel pun berbunyi karna hari ini hari jumat kami tidak langung masuk kelas tetapi kita berkumpul di lapangan untuk mengikuti tausiyah/pengajian. Semua siswa siswi berkumpul semua dilapangan . Dan ada sesorang pria yang memakai peci dan sarung mencuri perhatiaan ku, aku baru kali ini melihat anak SMK serapih dia , sepertinya dia kaka kelas ku.

“Citra liat cowo itu deh yang pake peci siapa si ?” 

“oh yang itu, itu mah kaka kelas li,nama nya gusti , kenapa? Lu suka ya?” 

“oh kaka kelas ,engga Cuma nanya hehe “

Waktu pun terus berjalan,lama kelamaan aku mulai memikiran kaka kelas itu , aku gatau apa si ini maksud nya kepikiran dia mulu , keinget wajah nya terus. gak sengaja aku bertemu dia di jalan , aku senyum ke dia dan dia membalas senyumku ahhhhhh senang sekali rasanya .setiap kali kita ketemu kita selalu senyum-senyum gajelas gitu . Dan ka gusti ngeinvite ku di Bbm yaampun tau ga ini rasa nya apa , rasa nya tuh seneng banget seneng nya gabisa di ungkapin pake kata-kata heheh. Yaudah tanpa mikir lama aku langsung acc. Eh galama kemudian dia ngeping aku, yaampun seneng nya luar biasa .

“PING!!!” 

“iya?”kataku 

“lu ade kelas yang kalo ketemu suka senyum-senyum itu bukan si ?” 

“heheh iya ka,knp ya ka emng?” 

“gapapa, salam kenal yaa “ 

Dari situ kita berdua mulai deket, ka gusti sering Bbm aku , ngucapin selamat pagi , ngingetin makan , ngingetin sholat pokonya dia perhatian banget deh , aku seneng banget ,dan galama dia masang nama di status Bbm nya inisialnya D pake emot bunga , yaampun aku kecewa banget sama dia , dia jahat , yaudah aku Bbm aja dia aku tanya siapa inisia D itu .

“cie status nya D siapa ka? Pacar baru nya ya? Yaudah longlast ya kaa” 

“HAHAHAH emang lu gatau D itu siapa , dasar dahlia oon, D itu dahlia , aku sayang sama kamu pas kita pertama kali ketemu , pas kita senyum-senyum gajelas gitu , kamu mau ga jadi pacar aku? “

Bodoh nya aku , saking panik nya aku lupa nama aku depan nya D, disitu aku bingung mau jawab apa , aku juga sayang sama dia , yaudah akhirnya kita pacaran . kita jadian di tanggal 22 november 2014 . dan kejadian ini aku ceritakan ke teman dekat ku di sekolah, teman-teman ku medukung aku dan mereka ikut senang katanya . 

tidak terasa sudah sebulan aku dan gusti jadian, sebulan ini hubungan kami baik-baik saja tidak ada halangan apapun , gusti juga makin romantis,dan dia bilang aku bakal dijadiin masa depan nya, seneng banget, ahh gusti makin sayang sama dia deh pokonya mah . tapi aku kalo ketemu gusti suka malu malu gitu ga kaya waktu belum pacaran , aku juga gatau kenapa bisa kaya gitu , parah nya waktu itu di depan musholah ada gusti sama temen-temen nya dan aku sama temen-temen aku , aku di ledekin yaudah aku lari aja , trus di ketawain sama temen-temennya katanya lari aku kaya pororo, maluu banget deh disitu, aku kira gusti bakalan ilfil sama aku ternyata engga , dia malah bilang lucu larinya kaya pororo . 

Ga kerasa udah tanggal 22 dan ini kali ke dua aku dan gusti ngelewatin tanggal 22 bersama, dua bulan ini juga ga terlalu ada masalah di hubungan kita , tapi lama kelamaan aku denger , ada cewe lain yang deket sama gusti , yaampun kaget banget denger nya , tapi aku galangsung percaya gitu , aku nyari tau dulu siapa cewenya , ternyata bener gusti sering chatingan di bbm sama ade kelas nama nya Anggraeni . kesel lah yaa dengernya , mana ada si cewe yang rela cowo nya chataan sama cewe lain . yaudah aku Tanya langsung aja ke gustii nya . 

“kamu kenal sama Anggraeni?” 

“Kenal kenapa emang ?” 

“kamu deket sama dia yaa , sering chatan?” 

“Ga deket ko biasa aja , aku nganggepnya juga ade kakaan “ 

“emang kamu lupa dulu juga kita kaka adean” 

“yaudah aku minta maaf , aku salah aku gabakal chatan lagi sama dia deh “

Di situ aku coba percaya sama omongannya gusti, dan gakerasa udah 3 bulan hubungan aku sama gusti, kali ini beda dari bulan satu sama dua, bulan ke 3 ini gusti mulai berubah , jarang Bbm , jarang ngasih kabar , ilang-ilangan mulu deh ,makin bingung sama sifat nya gusti yang sekarang . kata temen aku kalo cowo udah kaya gitu tuh dia udah ada yang baru , dan lupa sama yang lama , sedih kaya ngerasa udah ga di anggap , udah ga di peduliin , udah dimasa bodoamatin, dan dia kaya ninggalin secara perlahan, aku mulai cari tau kenapa gusti berubah kaya gini , dan ada temen sekelasnya gusti ngasih tau aku kalo dia ngeliat gusti jalan berdua sama cewe itu, aku gatau kali ini harus percaya apa engga , yang jelas ini sakit dengernya . dan tiba-tiba gusti bbm kaya gini. 

“ maaf aku udah ganyaman sama hubungan ini , kamu terlalu baik , kamu gaasik,kaya nya kita cukup sampe disini sini aja deh “

Kaget bacanya gatau harus apa ,cuma pengen teriak di kuping nya segini aja perjuangan kamu , sumpah ya kamu jahat aku benci kamu . ini rasanya campur aduk, tau kan rasanya di tinggal pas lagi sayang-sayang nya , di tinggal dengan alesan yang sepele ,ditinggal karna aku terlalu baik , trus aku harus jadi orang jahat gitu biar ga di tinggal sama kamu? ditinggal gara-gara aku gaasik,sadar ko emang aku mah ga seasik cewe-cewe kamu itu. 

Pengen nyalahin siapa gitu kalo udah kaya gini , dimana si perasaan kamu? Gamikirin perasaan aku kaya gimana ya? Mana janji kamu yang mau jadiin aku masa depan kamu? Omongan itu ternyata Cuma omong kosong,bodoh ya terlalu sayang sama orang, apalagi sayang sama orang yang salah ,bodoh ya aku terlalu berharap banyak sama kamu , kecewa tapi mau gimana lagi.

Dan ini bulan keberapa aku belum bisa lupain gusti ,masih terus kepikiran gatau kenapa jadi gini, dan jadi takut buat buka hati untuk yang baru , entah apa yang aku rasaain sekarang yang jelas aku takut buat memulai dengan yang baru lagi, mungkin hati udah capek atau takut kejadian ini bakal terulang lagi, tapi lama kelamaan aku sadar kehilangan itu sifat nya pasti ,dan ada rencana lebih indah dibalik kesedihan yang mendalam. Tergantung kita ngadepinya , Allah itu adil , Ia memberikan kesedihan agar kita belajar artinya mengikhlaskan . dan itu akan di bales dengan kebahagian yag gaa akan pernah kita bayangin sebelumnya . sumber bahagia itu banyak,jadi kalo salah satu kebahagia mu hilang,masih ada banyak kebahagian yg bisa kamu cari. Roda terus berputar ada saat nya kita sedih dan ada saatya nya juga kita bahagia . Buatlah kebahagiaan yang bukan sesaat, bukan yang mudah datang dan pergi . cinta diiringi kebahagian membuat selamanya lebih indah dan cinta tau kemana dia harus pulang.

Karya : Nuraini Dahlia

Related Posts:

Cerpen : Mimpi Yang Sederhana


Pada suatu hari di sebuah kota kecil di Jawa Barat, tinggal seorang ibu dan anak perempuannya di sebuah rumah yang begitu sederhana, dan kehidupan yang jauh dari kata mewah. Anak perempuan itu bernama Rida dan kini ia sudah mulai menginjak usia remaja. Saat ini Rida baru kelas 2 SMA. Rida sudah tidak memiliki seorang ayah, karena sejak ia kecil ayahnya sudah meninggal akibat kecelakaan. Rida merupakan anak tunggal , ia sering sekali merasa kesepian karena tidak memiliki saudara yang bisa diajaknya bermain. Kehidupan mereka begitu sederhana, ibunya hanya memiliki penghasilan dari warung kecil-kecilan yang ada di rumahnya, selain membantu ibunya berjualan Rida juga terkadang membuat kerajinan tangan dari barang bekas untuk menambah penghasilan.

Lalu esok paginya Rida pun berangkat sekolah seperti biasanya. Kemudian, saat waktunya pulang sekolah, ia melihat seorang anak perempuan yang sepertinya seumuran dengannya. Anak perempuan itu memakai jilbab, wajahnya seperti bercahaya, brgitu cantik, dan tidak pernah membosankan untuk dilihat terus menerus. Seketika Rida pun termenung, entah kenapa ia jadi ingin memakai jilbab. Tapi ia sadar, untuk membayar uang sekolah saja terkadang masih kurang, apalagi membeli segala kekurangan untuk berjilbab. Tapi Rida tidak mau berputus asa, tekadnya begitu kuat untuk bisa mewujudkan impiannya itu dan untuk bekerja lebih keras lagi dari sekarang. Untuk hal ini Rida ingin bisa mewujudkannya dengan usahanya sendiri, ia tidak ingin merepotkan siapapun terutama ibunya. 

Sejak saat itu Rida semakin rajin membantu ibunya, membuat lebih banyak lagi kerajinan tangan, serta mencoba untuk melamar pekerjaan sebagai seorang penyiar radio. Setelah melewati berbagai proses, ia akhirnya diterima sebagai seorang penyiar radio di daerahnya dan membawakan acara pada malam hari, karena bagaimanapun ia tetap harus bersekolah dan membantu ibunya. Meskipun harus sekolah sambil kerja, nilainya disekolah tidak pernah turun, karena pada dasarnya Rida memang anak yang rajin dan juga cerdas.

Dengan kerja kerasnya selama ini, sedikit demi sedikit ia berhasil mengumpulkan uang. Dan tanpa berpikir panjang lagi ia langsung membeli segala kebutuhannya untuk bisa berjilbab. Dia membeli barang yang harganya terjangkau saja dan membeli yang seperlunya saja. Rida sudah tidak sabar untuk segera pulang dan memberitahu ibunya kalau sekarang ia sudah berjilbab.

Setelah sampai rumah, Rida sangat semangat untuk bisa menemui ibunya. Ibunya pun sangat terkejut melihat Rida kini telah berjilbab, karena Rida tidak bilang apapun sebelumnya. Ibunya kagum melihat anak perempuanya itu, ternyata selama ini ia bekerja begitu keras untuk berjilbab. Rida seketika teringat ayahnya, ia yakin ayahnya pasti bangga jika bisa melihatnya sekarang. Mereka berdua sangat senang dan senyum keduanyapun terus mengembang.

Karya : Cahyani Erlita

Related Posts:

Keren Dan Hebat Versi Remaja Masa Kini


Bahasa keren dan hebat  perkataan yang sering dilemparkan dikalangan remaja saat ini terkesan sangat ironi bila di aplikasikan dalam kehidupan yang sesungguhnya. Orang atau remaja saat ini bisanya akan mengatakan keduanya bila melihat seseorang dapat melakukan hal yang imposible.

Apalagi saat ini jamannya teknologi seperti gadged dan android atau smart phone banyak dipergunakan para remaja yang akan membuat mereka dapat melakukan apapun tanpa memikirkan hal-hal negatif yang akan didapatkannya. Versi remaja saai ini hal terkeren dan terhebat adalah bila mereka bisa tenar di televisi, dunia maya seperti mendapatkan banyak followers, di facebook dengan banyak mendapatkan like dan jejaring sosial lainnya.

Buat mereka remaja saat ini keren dan hebat bukan lagi mengarah kepada bagaimana mereka dapat melakukan hal-hal positif yang bermanfaat bagi orang banyak seperti menolong sesama yang membutuhkan, belajar dengan giat sehingga mendapatkan ranking 1 dikelasnya, berprestasi dibidang olahraga atau hal yang lainnya yang membanggakan keluarga, agama dan negara. 

Mungkin kita juga pernah mendapatkan perkataan keren atau hebat dari teman, keluarga dan sahabat di sekolah tentang apa yang telah kita perbuat terlepas itu hal yang positif atau negatif, memang itu dapat membuat kita berbangga diri pastinya akan tetapi lebih baik bila kebanggaan yang kita dapatkan dari sanjungan mereka lebih mengarah pada hal yang positif.

Nahh bagaimana dengan kalian apa pendapat kalian tentang keren dan hebat itu ? semoga dapat memberikan masukan dan motivasi buat kalian dalam melakukan hal keren dan hebat kedepannya

Related Posts: