Cerpen : Taman Kebahagiaan


Di suatu taman ada seorang perempuan sedang duduk di bangku taman. Dia sedang melihat foto tapi anehnya dia meneteskan air mata. Setelah diketahui ternyata namanya Nadin.

“hai, bolehkah aku duduk disini?” Tanya seorang laki-laki yang ternyata pengunjung taman itu.

Perempuan itu hanya menganggukan kepala saja. Lalu laki-laki itu yang diketahui namanya adalah Nafat bertanya lagi.

“hai, kamu kenapa menangis? Aku boleh duduk disini kan?” Tanya Nafat.

“iya kamu boleh duduk disini. Aku tidak apa-apa kok.” Jawab Nadin sambil menghapus air matanya.

“kenalin, namaku Nafat. Boleh aku tahu siapa nama kamu?”Tanya Nafat sambil mengulurkan tangannya.

“namaku nadin” jawabnya dengan singkat.

“kita kan udah kenalan nih, by the way tadi kamu kenapa ngeliatin foto sambil nangis?”

“gausah dibahas ya. Itu gak penting.”

“lho kok? Kalau kamu nangis berarti itu penting buat aku.” Ujar Nafat dengan rasa penasaran.

“kita kan baru aja kenal. Aku gak mungkin cerita privasi aku ke orang yang baru beberapa menit aku kenal!” jawab Nadin dengan nada ketus.

“yaudah mulai detik ini kita sahabatan, gimana?” Tanya Nafat.

“apaan sih, aku aja belum tahu siapa kamu.”

“kamu nanya aku siapa? Oke aku akan jelasin. Namaku Nafat Affiat, aku siswa di SMK Taruna Nusantara kelas 10, rumahku di Komplek HanKam Jalan Asri 4 nomor 4, hobby ku main futsal, dan apalagi ya?” Tanya Nafat kepada dirinya sendiri sambil berfikir akan menjelaskan apalagi kepada Nadin.

“stop stop stop! Apa apaan sih! Emangnya kamu mau interview?“ Kata Nadin kesal.

“ya aku kan cuma pengen kamu kenal siapa aku dan kita sahabatan.” Jawab Nafat.

“oke maaf! Mulai sekarang kita sahabatan.”

“yeayyyyy!!! Karena sekarang kita udah sahabatan, aku boleh tahu dong kenapa kamu nangis? Cengeng banget sih hahaha.”Tanya Nafat sambil mengejek Nadin.

“yehhh.. belum juga diceritain udah nyela duluan. Ngeselin ah!”jawab Nadin dengan nada kesal.

“oke oke aku minta maaf. Jadi sebenernya kamu kenapa?” Tanya Nafat dengan nada serius.

“jadi gini, aku kangen mantan aku yang ini.” jawab Nadin sambil menunjukkan foto yang dia pegang.

“what? Emang masih zaman ya nangisin mantan? Hahaha … emangnya dia kemana?”

“terus aja ngeledek aku! Dia pergi sama pacar barunya.”

“oh jadi kamu di selingkuhin sama dia? Ya Allah.. cantik cantik nasibnya begini hahaha.”ejek Nafat.

“mending sekarang kamu pergi deh kalau kamu cuma mau ngetawain aku.”jawab Nadin.

“iya Nadin maaf ya. Abisnya kamu lucu sih, mantan kaya gitu masih aja ditangisin.”

“iya namanya juga masih sayang. Terus aku harus gimana nih? Dari dulu aku gak pernah bisa move on dari dia.” Tanya Nadin kepada Nafat.

“kamu bilang sama dia kalau kamu masih sayang sama dia. Terus kamu cari kesibukan sendiri, jangan menyendiri tapi.” Saran Nafat untuk Nadin.

“tapi aku malu fat.” Jawab Nadin.

“untuk apa kamu malu? Kamu harus mengatakan itu kepada dia”

“tapi fat….”

Sebelum Nadin melanjutkan perkataannya, Nafat langsung menutup bibir Nadin dengan telunjuknya.

“syuttt… gausah pakai tapi tapian. Sekarang kamu cari dia dan ungkapkan semua perasaanmu dengan jujur kepada mantanmu itu.”

“atau aku yang menyampaikan tentang perasaanmu kepada mantanmu itu? ” saran Nafat

“hei? Nadin? Hallo?” tegas Nafat.

“eh iya kenapa tadi?” kata Nadin

“tuh kan malah melamun, kebiasaan nih kamu.” Protes Nafat

“iya iya maafin aku deh.. emang tadi kamu ngomong apa sih?” Tanya Nadin.

“iya aku cuma ngasih saran aja, gimana kalau aku yang menyampaikan perasaan kamu ke dia? Tapi terserah kamu din… ”jawab Nafat.

“ide bagus tuh. Yaudah sekarang juga kamu temui dia.” Pinta Nadin.

“uang jalan nya mana? hehehe” kata Nafat sambil menadah tangannya.

“yehh kamu nih, belum juga jalan udah minta upah.” Jawab Nadin.

“yaudah aku jalan dulu yaa.. semoga Dia masih mau menerima kamu hahaha.”kata Nafat sambil mengejek Nadin.

Nafat mendatangi rumah Abror, mantannya Nadin. Setelah sampai disana…

“assalamualaikum.” Salam Nafat sambil mengetuk pintu rumah Abror.

“waalaikumussalam.“jawab seseorang didalam rumah sambil membuka pintu rumahnya.

“bisa bertemu dengan Abror?” Tanya Nafat.

“iya saya sendiri. Ada apa ya? Dan anda siapa?”Tanya Abror bingung.

“perkenalkan saya Nafat sahabat nya Nadin. Saya kesini ingin menyampaikan sesuatu kepada anda.”Ujar Nafat sambil mengulurkan tangannya.

“untuk apa? Apakah Nadin yang menyuruh kamu datang kesini untuk menemui aku?”Tanya Abror.

“tidak. Saya hanya ingin bicara sama kamu tentang perasaan Nadin ke kamu.”

“untuk apa? Kami sudah tidak ada hubungan apa pun. Kami berdua sudah putus dan hidup masing-masing. Lalu kamu datang kesini. Untuk apa?”Ucap Abror

“aku ingin kamu tahu perasaan Nadin, sampai saat ini dia masih mencintai kamu.”kata Nafat.

“bahkan aku melihat dia hanya seorang diri duduk ditaman sambil menangisi foto-fotomu.” Nafat memperjelas kata-katanya.

“tidak mungkin, dia itu sudah melupakan aku.”heran Abror

“dia benar-benar menangisimu abror.” Tegas Nafat.

Nafat dan Abror melanjutkan pembicaraan mereka sampai pada ujung pembicaraan….

“kalau gitu sekarang juga kamu harus menemui Nadin.” Kata Nafat.

“maaf, aku tidak bisa. Aku sudah tidak mencintainya lagi. Aku pun sudah memiliki kekasih yang baru, yang jauh lebih baik dibandingkan Nadin.” Jawab Abror.

“jangan pernah kamu menyesali keputusan kamu. Camkan baik-baik omonganku.”ucap Nafat sambil pergi meninggalkan Abror.

Abror melamun sambil memikirkan pembicaraan yang tadi disampaikan oleh Nafat. Dia bingung karena tadi sudah tidak mau menemui Nadin karena Abror telah memiliki kekasih baru, tapi disisi lain Abror masih sangat menyayangi Nadin.

“din?”panggil Nafat dari arah belakang Nadin.

“iya fat? Gimana tadi? Abror bilang apa?”jawab Nadin.

“maafin aku ya din, aku belum bisa bujuk Abror untuk benar-benar mau menemui kamu. Dia tadi bilang kalau kamu dan dia sudah hidup masing-masing. Dia sudah tidak mencintai kamu lagi dan sudah mempunyai kekasih baru yang menurutnya jauh lebih baik daripada kamu.”ujar Nafat.

Nadin sangat terpukul mendengar penjelasan Nafat mengenai masalahnya dengan Abror. Dia tak henti-hentinya meneteskan air mata. Nafat pun ikut bersedih melihat Nadin seperti seseorang yang memang sudah sangat terpuruk karena seorang laki-laki yang memang sudah tidak mencintainya lagi. Dia menyenderkan kepala Nadin ke pundaknya.

“sudahlah, kamu jangan menangis terus. Kan masih ada aku din.”ujar Nafat

“maksud kamu?”Tanya Nadin dengan rasa penasaran sambil mengusap air matanya.

“sudah lama aku mengagumimu dari jauh. Karena memang kamu sangat sering menangis di bangku taman ini. Kamu cantik dan sepertinya kamu perempuan yang setia, aku juga mencari tahu tentang kamu ke sahabat-sahabatmu.”jawab Nafat

“jadi yang selama ini diceritakan oleh sahabat-sahabatku itu kamu? Pengagum rahasia yang sering banget nitip salam tapi NO NAME, yang kadang suka ngirim bunga disaat aku mau keluar rumah? Itu semua kamu yang ngelakuin?”Tanya Nadin yang memang sangat penasaran.

“iya itu semua aku yang ngelakuin. Tapi setelah aku tau kamu masih mencintai mantan kamu, ya aku cuma bisa diam dan pura pura hanya ingin menjadi sahabatmu saja. Hatiku sebenarnya sakit, tapi tujuanku disini ingin membuat hari-harimu lebih indah bersamaku.”jawab Nafat dengan penjelasan yang memang membuat Nadin merasa kalau Nafat adalah kiriman Tuhan yang memang ditakdirkan untuk menjaganya.

“kamu mencintaiku?”Tanya Nadin lagi.

“of course. I love you so much. I want you to be my lover.”

“really?”

“yes, I am very confident.”

“apakah kamu dapat menerima kekuranganku?”

“pasti, aku akan menerima kamu apa adanya din.”

“jika aku memiliki suatu kekurangan yang memang sangat fatal, apakah kamu masih bisa tetap untuk menerima aku?” Tanya Nadin.

“aku akan menerima kamu dengan sepenuh hati aku”

“jika aku tidak menyukaimu, apa yang akan kamu lakukan padaku?”

“aku akan menanti sampai kamu bisa menyukaiku.”

“caranya gimana?”

“itu semua rahasiaku…”

Setelah pembicaraan serius tadi, Nadin semakin bingung karena dia tidak tahu apa yang akan dia katakan selanjutnya. Nadin terus berfikir hingga suasana sangat hening. Setelah berfikir akhirnya Nadin memutuskan kalau dia mau menjadi kekasih Nafat tapi dengan syarat Nafat harus selalu membuat Nadin nyaman setiap ia didekatnya.

Amanat : jangan berlarut-larut mengingat kenangan di masa lalu, karena belum tentu seseorang yang kamu kenang juga akan mengenangmu. Hidup itu untuk bahagia, bukan untuk berlarut larut dalam kesedihan. Berfikirlah secara dewasa ladies, diluar sana masih banyak seseorang yang ingin bersamamu. Kubur dalam-dalam masa lalumu, tatap cerah lah masa depanmu. Kelak kamu akan bahagia. Aamiin…


Karya : Dinda Nafisah

Related Posts: